Mohon tunggu...
Dr. Herie Purwanto
Dr. Herie Purwanto Mohon Tunggu... Penegak Hukum - PNYD di KPK (2016 sd. Sekarang)

Bismilah, Menulis tentang : - Korupsi dan Bunga Rampai (2022) - Korupsi (2023) - Hukum dan Korupsi (22 Oktober 2024 sd. sekarang) - Sebelum aktif di Kompasiana (2022), menulis di Jawa Pos, Suara Merdeka, Tribun dan Beberapa Media Internal Kepolisian. (Masuk Dalam Peringkat #50 Besar dari 4.718.154 Kompasianer Tahun 2023)

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Istri Sumber Rejeki Keluarga

14 Juli 2023   09:21 Diperbarui: 14 Juli 2023   09:41 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin judulnya akan memantik tanda tanya. Oleh karena saya batasi, rejeki yang saya maksudkan adalah semua hal yang diperoleh, tidak hanya berupa uang, namun kesehatan, keluarga yang harmonis, anak-anak yang menurut orang tua atau hal-hal lain yang dirasakan baik dan bermanfaat. Karena, bagi saya pribadi, mengartikan rejeki hanya berhubungan dengan uang, harta dan sejenisnya, akan bermakna sempit dan bias. Maka, mungkin saya penganut aliran : membuat istri bahagia, maka rejeki akan datang dari segala arah dan tidak terduga-duga.

Dari sebuah tauziyah singkat seorang ustadz kondang yang dimunculkan di tik-tok, yaitu Ustadz Abdul Somad,  ada sebuah rangkaian kata yang membuat saya terhenyak dan merenung dalam. Rangkaian kata tersebut kurang lebihnya menyebutkan Siapa orang yang paling baik? Bukan orang yang kaya,  bukan ulama, bukan orang yang punya jabatan dan kuasa, lalu siapa? Orang yang paling baik adalah orang yang baik kepada istrinya.

Dalam konteks dan konsep hidup berkeluarga, saya sangat setuju pendapat tersebut. Bahkan, pada sebuah adagium menyebutkan : " tentram dan nyamannya keluarga ada pada istri. " atau ada lagi : " Istri tersenyum, surga ada di rumah. ". Sebaliknya, suasana ketika istri diam beribu bahasa, wajah sedih, kurang sumringah dalam menebar senyum, rumah akan terasa hambar bahkan ada yang menyebutkan "neraka". Meski, bila ditelusuri, penyebabnya beragam.

Mungkin ada pernyataan sumbang menyela : " bagaimana istri mau tersenyum, untuk kebutuhan sehari-hari saja harus mencari ke sana-kemari. ", atau dengan bahasa lain, masalah ekonomi menjadi kunci. Benarkah? Saya kurang sepaham dengan pendapat ini. Mengapa? Saya yakini, betul bahwa uang bisa membuat kebahagiaan dalam keluarga, karena bisa terpenuhinya semua kebutuhan. Namun, uang bukan segalanya. Apa buktinya? Kalau uang adalah sumber segala kebahagiaan, maka orang-orang yang punya deposito, tumpukan harta dan property ada di mana-mana, tidak akan terjadi perceraian.

Bahkan sering kita dengar : " bila kebahagiaan itu bisa dibeli, maka akan berbondong-bondong orang yang kaya menuju tempat tersebut untuk membelinya. " Lalu? Sebenarnya dalam konteks artikel ini, bagaimana agar istri tetap bisa tersenyum dalam kondisi apapun? Terlepas ia bersuami lelaki kaya raya, atau yang cukupan atau kurang baik-baik saja ekonominya?

Memang karakater, perilaku dan tabiat serta budaya seorang istri bisa jadi berbeda-beda. Namun, tentunya dipahami semua perbedaan tadi sudah terinventarisir ketika prapernikahan. Artinya, sudah melalui masa pengenalan sampai pada pemantapan hati. Jadi tidak tiba-tiba, sehingga di tengah pernikahan muncul sifat yang tiba-tiba tidak "diketahui" suami sebelumnya.

Beberapa hal yang bisa dilakukan agar membuat istri senantiasa tersenyum bahagia :

Pertama, sapaan dan tutur kata yang lembut pada istri. Kalimat bernada kasar akan sangat menyakitinya, sehingga harus dihindari. Dalam situasi apapun. Pada saat marah? Kenapa harus marah? Bilapun harus marah, menggunakan strategi "marah hanya untuk berdua". Tidak perlu didemonstrasikan  di depan siapapun dan kemarahan itu sebagai emosi sesaat, bukan kemarahan berkepanjangan dengan mendiamkan istri sampai berhari-hari.

Kedua, sesekali diberi kejutan dengan tiba-tiba mengajak berdua makan di luar, bermalam di luar kota atau mengunjungi tempat-tempat tertentu dan tiba-tiba masuk ke toko pakaian, memberikan baju. Tidak perlu branded, sekedar baju tidur saja sudah membuat istri bahagia. Ia akan beryukur mendapat kejutan-kejutan kecil tersebut.

Ketiga, membantu pekerjaan di rumah, sekedar mengiris bumbu dapur atau menghaluskannya saat libur akhir pekan. Kemudian mengangkat hidangan yang baru dituang dari alat masak ke meja hidangan serta menyiapkan piring dan gelas. Setelah menikmati hidangan tadi dengan ucapan : " masakan yang menggugah selera. " Jangan lupa pada saat selesai makan : " Terima kasih Istriku, enak makan-nya. "Kalau perlu kasih bonus, kecupan lembut di pipi kanan atau kiri Sang Istri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun