Mohon tunggu...
Dr. Herie Purwanto
Dr. Herie Purwanto Mohon Tunggu... Penegak Hukum - PNYD di KPK (2016 sd. Sekarang)

Bismilah, Menulis tentang : - Korupsi dan Bunga Rampai (2022) - Korupsi (2023) - Hukum dan Korupsi (22 Oktober 2024 sd. sekarang) - Sebelum aktif di Kompasiana (2022), menulis di Jawa Pos, Suara Merdeka, Tribun dan Beberapa Media Internal Kepolisian. (Masuk Dalam Peringkat #50 Besar dari 4.718.154 Kompasianer Tahun 2023)

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Menapak Tangga, Menjemput Lailatul Qodar

13 April 2023   08:34 Diperbarui: 13 April 2023   08:38 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepasang kaki, perlahan menatap trap-trap tangga. Pemilik sepasang kaki tersebut, begitu yakin ia mampu melewati hingga puncak tangga. Walau ia sadari tangga tidak lurus, namun kadang berbelok dan terus naik tajam. Untuk ukuran usia-ia sadar diri, sehingga ia atur nafas dan langkah. Meski pelan namun menjadi sebuah kepastian. Rasa senang dan bahagia menghujam dadanya, sehingga dengan cara seperti itu ia yakini bisa menjalankan misinya dengan baik. Satu hal lagi yang ia pasang kuat dalam dirinya, adalah keiklasan ketika ia memulai ayunan kaki menaiki trap-trap tangga tersebut.

" Saya harus memaksa kaki ini melangkah. " Ucap batinnya.

"Mengapa? " Bersamaan muncul pertanyaan.

" Karena dengan memaksa diri, saya bisa raih kemenangan. "

" Yakin? "

" Insha Alloh, untuk berbuat baik, menjalankan ibadah, perlu juga pemaksaan diri. Kita jangan kalah dengan hasrat, emosi atau ketidaksiapan diri. Siap atau tidak siap, harus siap. "

Begitu kata batin yang menjelma menjadi sebuah dogma yang menginternalisasikan pada perbuatan yang nyata.

Foto dokumen pribadi
Foto dokumen pribadi

Sebuah tangga yang kita lalui, berawal dari trap yang pertama, kedua, ketiga dstnya hingga ke trap terakhir tangga tersebut. Bila tangga yang akan dilalui ada puluhan trap, tentu sudah dipersiapkan sebarapa kemampuan kita untuk menapak tangga tersebut. Jangan sampai, tenaga habis di tengah jalan, sehingga diputuskan untuk kembali turun. Namun ada kalanya, meski di tengah trap tangga tenaga seperti sudah habis dan tidak mampu lagi, ada yang mengatur siasat dengan berhenti beberapa helaan nafas, baru kemudian melanjutkan menapak tangga dengan langkah yang lebih pendek dan perlahan. Baginya, yang utama adalah bisa sampai pada puncak tangga.

Pun demikian halnya, ketika di hari puasa di bulan Ramadan, yang sudah terlalu beberapa hari yang lalu. Sekarang, sudah hampir finish di puncak tangga. Bila kemudian ada rasa seperti tak kuasa untuk meneruskan rangkaian ibadah puasa, tentu menjadi sebuah keprihatinan. Karena seharusnya, justru dalam posisi sekarang, dengan sisa tenaga yang ada, kaki harus lebih kuat menapak sisa hari dengan kualitas ibadah yang lebih bagus. Ada malam yang dijanjikan Alloh, lebih utama dari 1000 bulan bila melakukan kebaikan-kebaikan. Malam tersebut adalah Lailatul Qodar, seolah teranalogkan sebagai puncak tangga tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun