Mohon tunggu...
Dr. Herie Purwanto
Dr. Herie Purwanto Mohon Tunggu... Penegak Hukum - PNYD di KPK (2016 sd. Sekarang)

Bismillah, Menulis Seputar Hukum dan Korupsi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Mudahnya Semua Dibalik

8 April 2023   04:00 Diperbarui: 8 April 2023   04:04 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rafael mengaku sudah tidak memiliki apa-apa setelah tim penyidik KPK menggeledah kediamannya pada 27 Maret 2023. Apalagi tim penyidik turut menyita uang cash senilai Rp45 juta. Rafael Alun mengaku uang tersebut untuk belanja bulanan dan memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada beberapa karyawan. 

"Sekarang saya tidak punya uang, uang di rumah Rp45 juta diambil, disita, saya sudah mohon, kita mau bayar THR, tetap (dibawa), hidup sudah terbalik," ujar Rafael Alun, Rafael mengaku, seluruh rekeningnya dan istri, Ernie Meike Torondek, sudah diblokir. Bahkan, dia sempat kesulitan untuk makan. Beruntung tetangga masih peduli kepada keluarganya, dikutip dari wartaekonomi.co.id.

Rafael Alun yang kaya raya, dengan harta Milyaran rupiah baik yang berada di deposit save box, maupun yang ia simpan di bank, kemudian dalam bentuk aset lainnya, dalam hitungan jam merasakan "hidup sudah terbalik". 

Ya, begitu cepat dari seorang yang kaya raya, menjadi "kesulitan untuk makan.". Dalam kontruksi relegi, begitu bila Sang Khaliq berkehendak. Sangat mudah bagi-Nya, untuk membolak-balikan keadaan seseorang. 

Persis seperti roda pedati dalam kata-kata bijak. Pagi berputar di bawah, siang di tengah, sore di atas dan kembali ke bawah lagi. Sebuah dinamika kehidupan yang tidak terbantahkan.

Dalam konteks semangat pembaharuan Iman di bulan Ramadan ini, persoalannya sekarang adalah, di mana letak kesiapan kita sebagai Hamba Alloh menghadapi kondisi seperti itu? Dengan selalu menjadi pribadi yang salih? Yang selalu menjalankan apa perintah-Nya? Menjauhi apa larangan-Nya? Atau bagaimana?

Manusia dikarunia otak dan hati, untuk menjadi dasar ketika akan berbuat. Sudahkah langkah kaki, gerakan tangan, tatapan mata, menyatu dengan hati? Bukankah juga di dalam hati bersinggah nurani, yang secara abadi membisikan sebuah kebenaran? Sudahkah menanyakan sesuatu yang menjadi keputusan kita untuk berbuat sesuatu ditanyakan kepada hati nurani tadi? Bila sudah, dan nekad berseberangan dengan kata hati nurani, tentu sudah dan harus siap menanggung konsekuensi atau resikonya.

Menjadi pejabat, menjadi penyelenggara negara yang mempunyai kuasa dan kewenangan, sudahkah dijalani atas ijin hati nurani? Atau malah menutupnya dengan yang namanya kemauan, hasrat dan rasa tidak perduli. Yang penting tujuan tercapai. Yang penting duniawi tergenggam. Urusan lain belakangan. Bila sudah demikian, maka akan menjadi kontraproduktif pada apa yang sejatinya menjadi tugas utamanya sembagai Hamba dan Makhluk Alloh.

Jangan sampai, kilas napak kisah Qorun menjadi tak bermakna ketika manusia sedang menjalankan amanah. Jangan sampai menganggapnya sebagai kisah angin lalu. Ingat, dikutip dari detik.com, puncak kesombongan Qorun terjadi saat ia merasa menjadi orang yang paling baik dari seluruh umat manusia.

Saking sombongnya tidak membutuhkan apapun karena merasa dirinya sudah sangat kaya raya, termasuk mengatakan tidak butuh ampunan Allah SWT serta tidak takut dengan ancaman-Nya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun