Mohon tunggu...
Dr. Herie Purwanto
Dr. Herie Purwanto Mohon Tunggu... Penegak Hukum - PNYD di KPK (2016 sd. Sekarang)

Bismilah, Menulis tentang : - Korupsi dan Bunga Rampai (2022) - Korupsi (2023) - Hukum dan Korupsi (22 Oktober 2024 sd. sekarang) - Sebelum aktif di Kompasiana (2022), menulis di Jawa Pos, Suara Merdeka, Tribun dan Beberapa Media Internal Kepolisian. (Masuk Dalam Peringkat #50 Besar dari 4.718.154 Kompasianer Tahun 2023)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Atur Diri Saat di Kerumunan

1 November 2022   13:16 Diperbarui: 1 November 2022   15:28 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Atur Diri Saat Di Kerumunan

Di tengah kerumunan massa yang heterogen, kita seperti bukan siapa-siapa. Artinya, bisa dipastikan ribuan orang disekitar kita tidak mengenal satu sama lain. Sehingga bisa dipastikan pula, sifat ego akan muncul bila terjadi keadaan emergency. 

Misalnya terjadi saling desak, saling dorong karena berebut untuk mendapat akses keluar (seperti kasus meninggalnya ratusan suporter di Kanjuruhan, Konser band di Pekalongan dan terkini di Itaewon, sekitar 150-an meninggal).

Masuk ke sebuah kerumunan massa, maka secara mental harus dipersiapkan kemungkinan buruk terjadi, untuk memudian mengantisipasi mitigasinya. Bila kerumunan tersebut diselenggarakan oleh event organizer, pasti ada cara-cara atau akses mitigasi bila terjadi keadaan yang tidak duga. Harus dipahami titik-titik akses mitigasi tersebut.

Namun bila tanpa evemt organizer, bisa jadi diri kita sendiri yang jeli untuk mengamati, alternatif mitigasi tersebut. Menurut saya mitigasi diri bisa dilakukan dengan cara, satu : menempatkan diri pada posisi yang memungkinkan bisa bergerak ke segala arah. 

Kedua : tidak masuk terlalu ke dalam atau ke pusat kerumunan, sebab bila terjadi keadaan darurat akan berada pada pusaran massa yang sudah dalam kondisi panik, menjadikan diri kita juga bisa terbawa panik,  tiga : menghindari bangunan temporer yang rentan atau berpotensi roboh, seperti panggung dan sejenisnya, keempat : yakinkan diri bahwa memasuki kerumunan dalam kondisi sehat, tidak dalam keadaan sakit sehingga tubuh kuat untuk situasi darurat.

Dari upaya mitigasi diri tersebut, yang utama adalah selalu menghadirkan Tuhan di manapun kita berada. Ini sebagai bentuk interospeksi diri, apa keperluan kita dalam kerumunan tersebut. 

Sebab, bila dibuat skala prioritas dan kita tidak "diharuskan" untuk berada di tempat itu, sebaiknya hindari saja. Mitigasi diri tadi, dengan selalu menghadirkan Tuhan, setidaknya secara konsepsi kebatinan akan memberikan jiwa yang tenang dan yakin bahwa kita masuk ke kerumunan tersebut ada kepentingan yang memang kita harus hadir di situ. Bila tidak, ya sudah minggir dan menghindarinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun