Mohon tunggu...
HERIE FENDI
HERIE FENDI Mohon Tunggu... -

My words, My world.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ngaku Muslim Jangan Cuma Pas Valentine

14 Februari 2015   05:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:13 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Seperti yang terjadi setiap tahun menjelang perayaan valentine 14 Pebruari, banyak elemen masyarakat terutama pemerhati syariat yang menyerukan anti terhadap perayaan ini. Mulai dari intelektual muda sampai para alim ulama, pelajar hingga tokoh yang berjajar gelar, kawulo elit sampai kaum elit, yang menyeru agar umat muslim tidak ikut-ikutan dalam acara yang sangat erat kaitannya dengan ajaran umat Kristiani ini. Lalu merekapun mulai berdebat sampai saling menghujat, beradu argumen hingga menimbulkan sentimen, dan berdalil ala orang agamis sampai bermunculan saudara-saudara yang ekstrimis.

Tidak Hanya Valentine

Jika pemurnian akidah yang menjadi tujuannya, seharusnya umat muslim tidak hanya bisa bersuara lantang saat acara valentine ini karena budaya Kristiani yang menjamur di tubuh umat islam sungguh banyak sekali. Sebagai contoh saja, berapa persen wanita yang mengaku Islam telanjang (baca=tidak menutup aurat sesuai syariat) di tempat umum? Lalu kita hanya terdiam saja, padahal budaya penelanjangan itu adalah budaya non-muslim. Yang lebih gampang terlihat, bukankah umat muslim juga yang lebih banyak jumlahnya turut meramaikan acara tahun baru masehi dengan seabrek aktivitas didalamnya? Hura-hura, pesta, berkholwat(berduaan dengan lawan jenis yang tidak halal), kembang api, dan berwisata ke tempat-tempat dimana terumbarnya aurat. Lalu dimanakah teriakan kita pada saat itu? O ya, kita sedang berteriak-teriak didalam memeriahkan acara tersebut.

Jadi mari kita tantang diri kita sendiri dengan 1 pertanyaan “se-Islam apa diri ini?”, lalu mengapa kita sibuk memperbaiki orang lain sementara diri ini masih banyak yang harus direparasi. Bukankah yang utama bagi kita adalah manjalankan apa yang kita yang yakini tanpa pernah menyalahkan orang lain walaupun itu adalah sebuah bentuk proteksi? Toh nyatanya kita juga libur sekolah hari minggu, penanggalan kita juga menggunakan kalender masehi, bahkan kita juga tanggal merah saat Natalan, dan mengakui kepemimpinan seorang gubernur Nasrani. Lebih jauh lagi kita menganut sistem pemerintahan yang namanya demokrasi, yang AD/ART-nya lebih dekat kepada paham Nasrani daripada syariat yang Islami, sehingga kitapun mencoblos setiap 5 tahun sekali, bukan manut pada “raja” incumbant untuk memilih “kholifah” setelahnya secara aklamasi.



Islam kaffah

Sepertinya sekarang ini sedang musimnya orang-orang baru yang mengaku penganut ulama zaman dulu. Anak-anak muda yang maunya menjadi pembaharu terhadap keadaan islam yang mereka anggap semakin semu. Sebenarnya kita apresiasi semangat mereka atas niatan untuk menjernihkan nilai-nilai Islam dari apapun pengaruh yang muncul dari ajaran diluar Islam, tapi sayangnya terkadang kita saksikan bahwa anak-anak yang bersuara lantang itu ternyata masih kurang ilmu.

Bagaimana tidak kurang ilmu ketika mereka menyebut “jadwal piket kebersihan” adalah salah satu bentuk bid’ah(=kesesatan) dengan alasan Rosululloh dulu tidak pernah mengkhususkan waktu-waktu tertentu untuk membersihkan (misalnya) masjid apalagi sampai dijadwalkan kedalam sebuah daftar harian.  Padahal guru-guru mereka dulunya menjelaskan bahwa itu adalah realisasi dari pesan beliau “kebersihan adalah sebagian dari iman”. Lalu kenallah kita dengan banyak pesan-besan “baru” yang belum pernah ada di zaman kenabian, seperti: “Buanglah sampah pada tempatnya”, “jagalah kebersihan”, “jangan membuang sampah di sungai”, dan lain sebagainya.

Budaya non-muslim itu tidak hanya valentine saja, bahkan proses akulturasi yang dibawa para ulama penyebar Islam di nusantara ini sangat kental dengan nuansa Hindhu-Budha, yang dengan ke-super-jenius-an dan kebijaksanaan para wali agama Islam ini bisa tersebar tanpa gesekan yang berarti dengan penduduk pribumi sehingga agama yang kita cintai ini bisa masuk dengan ramah kedalam relung hati.   Inilah yang sesungguhnya diharapkan oleh para alim dan ulama pendahulu kita yang terkadang tidak bisa atau tidak mau dipahami bahkan diingkari oleh para anak-cucunya, sehingga si anak dan si cucupun tidak segan-segan untuk menyalahkan atau bahkan sampai mencela jasa yang sangat besar dan luhur kakek-kakeknya. Seandainya mereka mau mengerti bahwa itu semua hanyalah sarana sebagai proses demi tersebaranya agama Islam yang sukses.

Pun dengan budaya saling memberi yang sangat dianjurkan oleh sang pembawa risalah, Nabi Muhammad SAW. Terlepas dari sejarah apapun yang melatar belakangi sebuah tradisi, kita umat muslim sudah seharusnya adalah yang lebih suka saling memberi dan berbagi tanpa menunggu suatu hari tertentu. Atau sebagai bentuk penyemangat sering kita jumpai di sekolah-sekolah yang berlatar belakang Islami yang disebut dengan “Jum’at sedekah”, semacam kemasan program dalam rangka mengajari peserta didik untuk gemar bersedekah dan menyalurkannya kepada yang berhak.

Dan tidak dipungkiri bahwa risalah nabi-nabi terdahulu juga mengajarkan umatnya untuk suka berbagi. Ajaran Hindhu-Budhapun demikian, sehingga kita kenal yang namanya genduren, slametan, becekan, dan lain sebagainya. Bahkan ketika Rosululloh mendengar kaum yahudi berpuasa untuk nabi Musa, maka Rosululloh menginstruksikan bahwa umat Islam adalah yang lebih berhak memuliakan nabi Musa AS. Ini adalah pesan bahwa islam itu sendiri adalah penyambung, pewaris, dan penerus tradisi, budaya, maupun syariat agama terdahulu.

Lalu bagaimana dengan Valentine? Kalo cokelat itu memang menjadi sebuah bentuk representasi, maka ya ayo lah umat islam jangan mau kalah, mari kita biasakan budaya saling memberi dan saling berbagi itu setiap hari, bukan cuma ditanggal 14 Pebruari. Lagi pula itu kita punya 2 hari raya besar, yaitu: Idul Adha dan Idhul Fitri. Didalam keduanya masing-masing ada Kurban dan Zakat fitrah, yang sekiranya kita boleh tafsirkan bahwa kedua hal tersebut bisa dijadikan momentum sekaligus pembelajaran bahwa umat islam sendirilah yang seharusnya lebih cinta untuk berbagi dan saling memberi.

Kita umat muslim tidak punya kepentingan apapun untuk melarang ajaran suatu agama, apalagi mencelanya. Sehingga bentuk proteksi yang terbaik adalah dengan menguatkan, mengamalkan, dan meng-istiqomah-kan nilai-nilai luhur, budaya, dan syariat Islam itu semuanya. Dengan terpenuhinya diri ini oleh keteladanan kepada Rosululloh Muhammad SAW maka dipastikan tidak akan ada ruang lagi untuk ajaran agama lain, sehingga yang ada hanyalah ketundukan dan ketaatan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tentunya dengan tidak pernah lupa kita sebagai sesama saudara semuslim untuk senantiasa saling mengingatkan dan menasehati dengan baik karena dalam peringatan hari kasih sayang ini memang ada beberapa hal(contoh:tradisi melepas keperawanan) yang sangat harus kita hindari baik sebagai umat beragama maupun sebagai sosialita.



V’day is everyday

Kasih sayang tuhan itu setiap hari dan setiap saat, setiap saat itu pulalah kita harus selalu ingat, dengan senantiasa bersyukur atas segala nikmat. Mari kita muliakan diri ini dengan tidak lagi saling menghujat, sebaliknya mari kita biasakan untuk saling merangkul, menghargai dan saling hormat. Tidak usah lagi kita dengar ada umatnya Muhammad yang suka memberi vonis sesat, jahat, dan terlaknat, karna ditutusnya beliau ke muka bumi ini adalah untuk menebarkan karunia Tuhan yang penuh rahmat, berkat, dan nikmat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun