Mohon tunggu...
Heri Setiyawan
Heri Setiyawan Mohon Tunggu... Freelancer - alumnus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

seorang Designer Grafis Freelancer sekaigus pengamat sosial, saya fokus pada kajian sosiologi dalam pengamatan sosial

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ketika Hijab Bermakna Bando

19 Oktober 2015   15:08 Diperbarui: 19 Oktober 2015   17:30 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada dasarnya Media yang ada merupaan pusaka yang sakti untuk memperbudak manusia jaman post-modern ini, khususnya kaula muda yang sangat memiliki simpati tinggi terhadap suguhan-suguhan media.
Artis,Penyanyi,Aktor dan lain sebagainya menjadi sosok yang dibanggakan dan bahkan dijadikan acuan bagi kepribadianya. Mereka berusaha menimitasi setiap gaya berpakaianya bahkan sampai pada prilakunya. Dan sampai sekarang kita dapat melihat bahwa kebanyakan Sinetron yang diputar mencoba memberikan penekanan pada suatu tokoh dengan memberi karakter kusus tersebud kepada tokoh, misal bang ocit dengan “blaem-blaem” syahrini dengan “cantik-cantik” dan ain sebagainya yang mungkin sahabat sendiri lebih tau.

Miris memang, dalam tahap pembentukan kepribadian Individu misalkan saja anak-anak SD atau SMP. Memiliki 4 tahap dan salah satunya adalah tahap meniru (plsy stage) tentunya berbahaya ketika anak seusia tersebut yang sedang dalam tahap proses pembentukan kepribadianya malah dirusak dalam arti dimasukan nilai yang diluar konsep islam, sehingga akan membentuk prilaku diluar kesewajaran dan melampaui lebih dahulu dari tingkat prilaku anak seasanya, dan bahayanya itu bersifat negatif.

Bayangkan anak SD dan SMP berpacaran, dan mereka melakukan kegiatan demikian secara kelewatan dan menimbulkan kehamilan,nikah dini bahkan aborsi. Dan yang demikian itu terbentuk karena tiada agen pembentuk kepribadian yang dapat menyaring beberapa hal yang seharusnya tidak is terima sebelum waktunya. Sinetron yang mereka mengajarkan bahwa pacaran itu tindakan yang waow, berkelahi itu jagoan. Dan yang sekarang lebih memperihatinkan lagi ialah banyak generasi islam dan pemuda pemudinya yang terjebak dalam keterbudakan media dan masuk kedalam kondisi yang meruntuhkan nilai-nilai islam itu sendiri. Hal ini sesuai dengan hadits rasulullah SWT berikut;

“Aku meminta tiga (hal) pada Rabbku, Ia mengabulkan dua (hal) dan menolakku satu (hal). Aku meminta Rabbku agar tidak membinasakan ummatku dengan kekeringan, maka Ia mengabulkannya untukku. Aku meminta-Nya agar tidak membinasakan ummatku dengan banjir, maka Ia mengabulkannya untukku. Dan aku meminta-Nya agar tidak menjadikan kehancuran mereka di antara sesama mereka tapi Ia menolaknya.” (HR. Muslim no. 2890).

Bila hari ini kita melihat banyak anak remaja berpakaian jilboob berboncengan dengan pria dan berkhalwat.

Bila kita hari ini melihat remaja putri berkerudung dan memakai pakaian sekolah berlebel ormas  islam tertentu namun menaiki motor berboncengan dan menyingkap pahanya sehingga kelihatan dan hal itu dilakukan dengan sengaja.

Maka tak lain mereka hanya menganggap bahwa hijab mereka tak berbeda fungsinya sebagai “Bando atau Jepit Rambut” yang hanya untuk mempercantik Tampilan mereka bukan mempercantik Jiwa mereka.

 

HOS

Hrstywn

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun