Akhir-akhir ini masyarakat Kalimantan Barat banyak membudidayakan tanaman lada dikarenakan harga perkilo lada lumayan tinggi. Tanaman dengan nama latin Piper Albi Linn merupakan tanaman yang mudah hidup di ikli tropis. Lada memiliki dua jenis yaitu lada hitam dan lada putih.
Namun yang dibudidaya masyarakat iyalah lada putih. Lada tidak hanya untuk bumbu dapur namun juga untuk kesehatan seperti kanker, sakit perut, kesehatan jantung, tekanan darah tinggi, hidung tersumbat, radang nyeri, dan menurunkan berat badan.
Tidak terlepas bermanfaat untuk kesehatan tapi lada juga menjadi bumbu dapur yang sangat digemari sebagai pengganti cabai.
Banyak warga yang menanam untuk keperluan rumah tangga maupun untuk di jual. Normalnya satu setengah tahun sampai dua tahun baru bisa di panen. Walaupun kurang dari satu tahun sudah ada yang berbuah.
Buah yang dihasilkan kurang dari satu tahun tidak memiliki kualitas yang baik. Maka dari itu diperlukan perawatan yang maksimal untuk menghasilkan lada yang berkualitas tinggi.
Walau kendala seperti hama sering menjadi masalah serius. Tak jarang masyarakat yang kurang paham memilih bibit yang kurang bagus sehingga tumbuh pohon lada yang tidak begitu baik, dengan kualitas buah dari yang kurang baik sampai ke busuk.
Ada juga masyarakat yang pandai dalam memilih bibit namun tidak bisa merawat. Saat awal panen hasil yang didapat tidak menentu dikarenkan faktor cuaca dan letak geografis. Masyarakat yang menanam lada dilembah cenderung untuk mendapatkan hasil yang kurang banyak, berbanding terbalik dengan masyarakat yang menanam di dataran tinggi.
Buah yang dihasilkan dilembah cenderung lebih kecil dan kurang banyak tidak seperti di dataran tinggi buah yang berukuran sedang sampai dumbo dan hasil yang relatif banyak, ditambah lagi dengan perawatan yang maksimal. Walau tak semua hasil berbuah manis, banyak juga warga yang mengalami kerugian akibat dari hama yang menyerang akar, menyebabkan pembusukan batang hinga ke daunnya. Hama tersebut belum bisa di tanggani dikarenakan belum ada anti hama yang bisa membunuh hama tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H