Mohon tunggu...
Heriansyah
Heriansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

Di sini saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Hujan Turun

24 Juli 2024   14:20 Diperbarui: 24 Juli 2024   14:24 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah kota kecil yang dikelilingi oleh pegunungan hijau, hujan turun tanpa henti selama tiga hari berturut-turut. Penduduk kota sudah terbiasa dengan hujan yang datang tiba-tiba dan pergi secepat itu, tapi kali ini terasa berbeda. Hujan yang deras seakan-akan membawa sebuah pesan yang belum mereka pahami.

Dian, seorang gadis kecil berusia tujuh tahun, memandang keluar jendela dengan tatapan penuh harap. Ia sangat suka hujan, namun lebih dari itu, ia menunggu ayahnya pulang dari perjalanan jauh. Ayahnya adalah seorang pelaut yang sering pergi berlayar untuk mencari nafkah. Setiap kali hujan turun, Dian akan duduk di dekat jendela, menghitung setiap tetes air yang mengalir di kaca, berharap itu adalah pertanda bahwa ayahnya akan segera pulang.

Ibunya, Ibu Sinta, mencoba menenangkan Dian dengan cerita-cerita lama yang biasa diceritakan oleh neneknya. "Tahukah kamu, Nak, setiap tetes hujan membawa pesan dari para dewa?" katanya. Dian mengangguk, matanya berbinar mendengar cerita itu lagi. "Mereka bilang, jika kamu mendengarkan dengan baik, kamu bisa mendengar pesan cinta dan harapan yang dibawa oleh hujan."

Hari itu, di tengah gemuruh hujan, terdengar suara pintu diketuk. Ibu Sinta segera membuka pintu, dan di sana berdiri seorang pria dengan seragam basah. Ayah Dian pulang. Dian berlari dan memeluk ayahnya erat-erat. Hujan seolah-olah menjadi musik pengiring yang menyambut kedatangan ayahnya.

"Maafkan aku, Dian. Aku tidak bisa pulang lebih cepat," kata ayahnya, suaranya serak karena lelah.

Dian tersenyum dan berkata, "Tidak apa-apa, Ayah. Hujan sudah memberitahuku bahwa kamu akan pulang."

Keluarga kecil itu menghabiskan malam dengan hangat, bercerita dan tertawa bersama di bawah atap rumah yang melindungi mereka dari hujan. Di luar, hujan terus turun, tapi tidak ada lagi rasa gelisah di hati mereka. Mereka tahu, hujan bukan hanya tentang air yang jatuh dari langit, tapi juga tentang pesan cinta dan harapan yang selalu membawa mereka kembali bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun