Ekosistem Hutan mangrove adalah kawasan yang ditumbuhan halofit (tumbuhan yang hidup pada tempat-tempat dengan kadar garam tinggi atau bersifat alkalin) yang dipengaruhi pasang surut air laut. Hutan Mangrove berfungsi sebagai peredam gelombang dan angin, pelindung dari abrasi, penahan intrusi air laut ke darat, penahan lumpur dan perangkap sedimen. Hutan mangrove merupakan penghasil sejumlah besar detritus (hara) bagi plankton yang merupakan sumber makanan utama biota laut. Hutan mangrove menjadi daerah asuhan (nursery grounds), tempat mencari makan (feeding ground), dan daerah pemijahan (spawning grounds) berbagai jenis ikan, udang dan biota laut lainnya serta habitat bagi beberapa satwa liar, seperti burung, reptilia (biawak, ular), dan mamalia (monyet). Ekosistem hutan mangrove menjadi penghasil oksingen dan penyerap karbon yang ada di udara. Pengembangan dan penataan hutan mangrove dapat dijadikan objek wisata dan juga kawasan pendukung untuk budidaya ikan, udang dan kepting apabila ekosistem ini dikelola dengan baik sehingga masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar wilayah hutan mangrove dapat merasakan hasil secara ekonomi tanpa harus melakukan eksploitasi terhadap sumber daya hayati hutan mangrove.
Indonesia memiliki luasan hutan mangrove terbesar didunia, yaitu 25% dari keseluruhan luas hutan mangrove yang ada di dunia. Salah satu Ekosistem Hutan mangrove berada di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengan. Ekokosistem hutan mangrove yang ada di wilayah ini merupakan kawasan ekosistem mangrove terluas di Pulau Jawa. Akan tetapi saat ini kondisi hutan mangrove di Cilacap mengalami kerusakan, pada tahun 2012 lebih dari 50% kondisi hutan mangrove di Cilacap mengalami kerusakan/ deforestasi.
Sejak awal, kawasan ekosistem hutan mangrove di Kabupaten Cilacap ini cukup luas. Sebagian kawasan hutan mangrove tersebut telah berubah fungsi antara lain menjadi areal tambak, persawahan, dan tanah kosong. Warga bercerita kerusakan juga terjadi karena banyak orang memasak memakai kayu bakar yang diambil dari hutan mangrove. Banyak pohon mangrove di tebang untuk kayu bakar. Secara tidak langsung adanya kompor gas di masyarakan turut mengurangi penebangan pohon mangrove untuk kayu bakar. Hanya saja sampai sekarang ada oknum yang menebang kayu mangrove untuk membuat arang.
Menindaklanjuti hal tersebut pada tahun 2016 ini, Pertamina Depot LPG Cilacap - Domestik Region IV - Marketing Operation IVkembali menfokuskan kawasan pesisir yang berada di wilayah Cilacap seagai wilayah dampingan keanekaragaman hayati. Kurang lebih 9.200 bibit mangrove telah ditanam. Lokasi penanaman merupakan wilayah pesisir dengan mangrove rusak atau kosong sehingga diperlukan penanganan awal yang salah satunya penanaman mangrove untuk memulihkan kondisi ekologis hutan mangrove di wilayah Cilacap. Kegiatan tersebut bekerjasama dengan Yayasan Kanopi Indonesia, Perhutani dan warga Jagapati Kutawaru.
Maruf Erawan, Direktur Kanopi Indonesia mengamini bahwa pemafaatan pesisir dapat dilakukan secara berkelanjutan tidak hanya untuk kebutuhan sesaat. Bapak Supono salah satu warga masyarakat yang ikut melestarikan hutan mangrove menceritakan bahwa ikan, kepiting dan udang sangat melimpah ketika hutan mangrove di cilacap masih letaari. Mbah Karto yang merupakan sesepuh dan pelestari mangrove di kawasan tersebut “saya akan terus melestarikan mangrove dan menjaga hutan mangrove. Saya akan terus menanam karena hanya hutan ini yang bisa saya tinggalkan untuk anak cucu nanti”.
Penanaman di laksanakan di Dusun jagapati, Desa Kutawaru, Kecamatan Cilacap tengah, Kabupaten Cilacap. Sebelum penanaman terlebih dahulu dilakukan persiapan lahan. Persiapan Lahan hingga Penanaman dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016. Setelah penanaman selesai tanaman mangrove akan dirawat dan dimonitoring pertumbuhannya selama satu tahun. Adanya perawatan dan monitoring guna memastikan tanaman mangrove tumbuh dengan baik. Heri Siswanto selaku Project Manager dalam penanaman ini memberi alasan dipilihnya lokasi tersebut sebagai lokasi penanaman karena lokasi memiliki potensi yang sangat besar sehingga sangat berharga jika dikembangkan. Namun, potensi tersebut dalam kondisi rusak dan harus segera dilakukan rehabilitasi.
-BinHarjono-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H