Mohon tunggu...
heri heryadi
heri heryadi Mohon Tunggu... Foto/Videografer - journalis / historian / bloger / youtuber / BANTAMPEDIA FOUNDER

meliterasikan catatan lama dalam harmonisasi sejarah panjang indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ibu Kota Negara yang Terlupakan

4 Juli 2023   13:56 Diperbarui: 4 Juli 2023   14:15 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JANGAN LUPAKAN CIBALIUNG DAN MUNJUL "IBUKOTA NEGARA "
Archives : Heryadi Bin Syarifudin

Sewaktu agresi militernya yang pertama pasukan Belanda tidak menyerang Banten namun pada tanggal 23 aDesember 1948 Banten tidak luput dan serangan pasukan Belanda. Hanya dalam waktu kurang dan seminggu semua kota-kota besar di Karesidenan Banten telah dikuasai pasukan Belanda. Dikuasainya kota-kota itu memaksa para pamong praja dan tentara yang anti Belanda untuk pergi dari kota dan pergi mengungsi kepedalaman.

Tempat yang telah disepakati antara pihak militer (BKR) dengan pasukan sipil adalah suatu daerah di Pandeglang Selatan yaitu di Kawedanaan Cibaliung dan Munjul. Dari tempat itulah semua strategi diatur dan disusun baik oleh pihak sipil maupun pihak militer.untuk membungkam pergerakan belanda KNIL yang kembali datang ke indonesia sebagai bentuk agresi militer nya, kondisi darurat ini lah yang mengharuskan komando perang di pusat negara indonesia jakarta saat itu, memberikan mandat kepada pasukan perang di daerah banten menjadi pusat komando perlawanan utama mengamankan kedaulatan ibu kota indonesia jakarta, dengan memindahkannya ke pandeglang selama konfortasi dengan belanda dan sekutunya.

Kerjasama antara kedua belah pihak berjalan sangat erat, pihak militer indonesia (BKR) saat itu , beserta seluruh unsur perjuangan pribumi banten selatan , melakukan pertempuran digaris depan dengan cara bergerilya sedangkan pihak sipil atau pamong praja yang banyak terdiri dari ulama banten , berusaha untuk menenangkan hati rakyat dan menumbuhkan semangat juang rakyat dan tentara dan juga menyediakan perbekalan bagi kelangsungan perjuangan.

Di daerah Kabupaten Pandeglang, perlawan rakyat terhadap belanda dimulai sehari setelah daerah banten selatan diduduki oleh belanda. Pada tanggal 28 desember 1948, terjadi perlawanan yang cukup merepotkan belanda, penghancuran jembatan, pembuatan ritangan-rintangan di jalan, serangan-serangan yang menggunakan senjata golok, pedang, peledakan- peledakan ranjau, dan pembakaran-pembakaran yang terjadi selama 24 jam.

Dalam beberapa minggu setelah agresi, TNI dalam kelompok-kelompok gerilya menyerang pos-pos Belanda dan menghadang konvi-konvoi Belanda. Jalan-jalan di sekitar Kota Pandeglang terus menerus diintai oleh kaum gerilya, sehingga kendaraan-kendaraan Belanda yang lewat harus berupa konvoi dibawah lindungan pasukan panser.

Jalan antara Pandeglang dan Menes, antara Pandeglang, Saketi, Gunung Kencana, dan Malingping, serta antara Pandeglang, Ranngkasbitung dan Bogor berbahaya bagi konvoi Belanda. Belanda tidak hanya menghadapi ranjau darat dan tembakan-tembakan tersembunyi, melainkan juga serangan dari jarak dekat dengan menggunnakan granat, pedang, golok dan bambu runcing.
Rakyat dan tentara tidak gentar menghadapi tank dan kendaraan lapis baja. Asrama-asrama tentara Belanda sering kali mendapat serangan kaum gerilya.

Semangat dan keyakinan tentara dan rakyat tidak tergoyahkan, walaupun pihak Belanda terus berusaha mempengaruhinya. Cara Belanda mempengaruhi antara lain melalui surat-surat selebaran berisi ajakan untuk menyerah dan bekerjasama dengan pihak Belanda yang ditandatangani oleh Bupati Pandeglang Agoes Djajaroekmantara. Ia juga mengajak tentara dan rakyat secara lisan dengan berbicara di atas kendaraan yang sedang konvoi.

Selain itu, Belanda pernah juga mendatangkan Wali Negara Pasundan R.A.AWiranatakusumah ke Pandeglang yang dipertemukan dengan beberapa anggota Badan Perwakilan Kabupaten Pandeglang seperti Kiai H.Abudjaja, E.A Sutisna, dan E. Mohamad Mansur.

Dalam pertemuan itu, Wali Negara Pasundan menghimbau agar Banten mengabungkan diri dengan Negara Pasundan, namun ajakan itu ditolak!!! ..terutama oleh para ulama dan jawara banten selatan di pandeglang.

Selama kurang lebih satu tahun pertempuran berkecamuk diseluruh Banten dengan Pandeglang Selatan sebagai pusat komando gerilyanya.(dibawah pimpinan mayor fatoni dan mayor yusuf martadilaga)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun