Mohon tunggu...
heri susanto
heri susanto Mohon Tunggu... -

_an ordinary person who has an extra ordinary dreams_ ^_^

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Tidak Ada Artinya Nurdin Halid Dipecat dari PSSI

29 Desember 2010   22:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:13 1209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12936620581157022336

"Nurdin Halid harus dipecat agar Timnas menang " celoteh seorang teman saat meyaksikan pertandingan final AFF laga ke-2 di Gelora Bung Karno. Sebagai orang awam yang baru bergelut dan menikmati euphoria pertandingan AFF, komentar ini tentu saja menggelitik saya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan sepak bola Indonesia dan apa yang terjadi dengan PSSI selama ini??

Kekalahan Indonesia atas Malaysia dibabak final menuai banyak kontroversi didunia persebak bolaan Indonesia. Berbagai opini masyarakat mencuat untuk mengomentari perjuangan TIMNAS yang pada akhirnya harus puas dengan kekalahan. Tak elak berbagai komentar miring tentang PSSI dan pengurusnya pun muncul. Hal ini tentu saja bisa dinilai lumrah. Komentar dan kritikan yang dilontarkan oleh masyarakat terhadap PSSI adalah sesuatu yang biasa. Tapi sadarkah kita bahwa kebiasaan itu timbul karena ada "sesuatu" yang terjadi berulang. Dalam hal ini saya sengaja memberikan tanda kutip pada kata "sesuatu", yang artinya mungkin memang ada yang salah dalam tubuh PSSI itu sendiri. PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) terbentuk sejak tanggal 19 April 1930, yakni sebelum Indonesia merdeka. Indonesia harusnya bangga akan hal itu. Tetapi kenyataannya kebanggaan itu mulai luntur seiring dengan penurunan prestasi PSSI. Setelah mencapai prestasi tertingginya saat mengikuti putaran final Piala Dunia tahun 1938 (pada saat itu masih bernama Hindia Belanda), kemudian mengalami masa ke-emasan tahun 70-an dengan menyabet gelar juara di berbagai turnamen Asia, seperti President Cup Seoul, Kings Cup Bangkok, Pesta Sukan Singapura, dan Aniversary Cup Jakarta serta nyaris mengikuti Olimpiade di Montreal Kanada walaupun kemudian dikalahkan oleh Korea Utara dengan adu pinalti 4-5, dan pada tahuan 80-an mampu menembus semifinal Asian Games (1986) di Seoul, kualifikasi Piala Dunia 1986 yang nyaris keputaran final dan juara SEA Games Jakarta tahun 1987 dengan mengalahkan Malaysia 1-0, serta kemudian menginjak tahun 90-an setelah menjadi juara SEA Games 1991 di Manila hingga saat ini tidak ada lagi piala kemenangan yang bertengger dan patut dibanggakan Indonesia. Hal inilah yang menimbulkan pertanyaan bertubi-tubi dari masyarakat tentang apa yang sebenarnya terjadi dalam tubuh PSSI dan pemain kita??. Jika melihat sepak bola junior kita, baru-baru ini mereka mampu menorehkan prestasi yang membanggakan bangsa ini. Tim Junior Sepakbola Indonesia berhasil menjadi Juara I Intesa San Paulo Tournament AC Milan Camp International dengan mengalahkan 30 negara di dunia. Tapi apa yang terjadi jika kita melihat senior-seniornya yang bertandang dalam asuhan tubuh PSSI? Sejak tahun 91-an Indonesia tidak pernah morehkan prestasi yang membanggakan bahkan di tingkat Asia Tenggara. Adakah kesalahan yang dilakukan pemain PSSI sehinga menurunkan performa dan prestasinya?? Banyak faktor tentunya yang melatar belakangi hal tersebut. Tapi satu hal penting yang patut kita camkan adalah penurunan prestasi TIMNAS senior tidak lepas dari gonjang ganjing yang terjadi dalam tubuh PSSI yang secara langsung mempunyai peranan dan tanggung jawab penting. Gonjang ganjing dalam tubuh sebuah organisasi tentu saja merupakan tanggung jawab pimpinan organisasi. Setidaknya itulah yang saya pelajari selama mengikuti organisasi mahasiswa. So, jika kita hubungkan dengan PSSI, hal ini tentu saja tidak lepas dari tanggung jawab ketua umumnya, Nurdin Halid (NH). NH telah menjabat sebagai ketua umum PSSI sejak tahun 2003. Waktu yang cukup lama menurut saya untuk memimpin sebuah organisasi. Tapi sangat disayangkan lamanya waktu kepemimpinan beliau ternyata tak diimbangi dengan peningkatan prestasi PSSI yang signifikan. Melainkan, PSSI banyak menuai kecaman dari berbagi pihak terutama ditujukan pada pimpinannya terkait dengan kontroversi yang diciptakannya. Sebagai salah satu contoh adalah NH yang terseret kasus penyelundupan gula impor illegal sehingga ia harus menjalankan PSSI dibalik terali besi. Banyak pihak yang mengecam keberadaanya sebagai ketua PSSI dan mempertanyakan kredibilitas serta kinerja NH sebagai seorang pimpinan PSSI. Tapi entah apa yang terjadi, ternyata sampai saat ini beliau masih mendapat kepercayaan untuk menduduki jabatan tersebut dan akhirnya membawa TIMNAS sampai pada final AFF 2010. Sampainya timnas pada babak final piala AFF 2010 tenyata memberikan angin segar pada masyarakat Indonesia. Masyarakat seolah tersihir dan lupa akan kebobrokan yang terjadi dalam tubuh PSSI sebelumnya. Kemenangan demi kemenangan yang diperoleh timnas saat babak penyisihan bagaikan asupan energy yang disuntikkan pada masyarakat dari prestasi TIMNAS dan PSSI. Hal ini tentu saja merupakan suatu prestasi yang patut kita acungi jempol. Tapi yang terjadi berikutnya adalah kita terlena hingga kemudian melayang tinggi terbang bersama kepakan kemenangan semu dari sang garuda. Suntikan demi suntikan energy kemenangan di babak penyisihan itu ternyata justru memabukkan bangsa ini. Kita tidak sadar bahwa sebenarnya yang kita hadapi adalah sebuah kemenangan semu. Kemenangan yang pada hakikatnya belum kita capai karena permainan belum usai. Kemenangan semu yang turut digembar gemborkan media masa ternyata membuat berbagai elemen bangsa ini semakin terlena. Tak elak hal ini ternyata juga menarik simpati politisi besar bangsa yang tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini untuk turut andil dan mungkin menaruh misi besar dibalik semua itu. Atas kejadian ini, ternyata hanya segelintir dari kita yang kemudian tersadar dan mempertanyakan bahwa sepak bola kita telah dipolitisi. Sebuah perntanyaan penting pun muncul dimana peranan ketua PSSI pada saat itu? Anda tentu bisa menjawab dengan lantang bahwa "beliau turut andil dalam hal itu dan dengan bangga memberikan pujian pada dirinya sendiri dan timnas atas pencapaian prestasinya". Tapi apa yang terjadi berikutnya, bola ternyata memang bundar, bisa menggelinding dan berputar-putar. Pencapain kemenangan melawan Malaysia dibabak penyisihan 5-1 kemudian berbalik dengan kemenangan telaknya 3-0 pada babak final leg pertama di Bukit Jalil, Kuala Lumpur. Kemenangan tersebut ternyata tidak dapat diputar oleh TIMNAS yang dari awal telah mabuk kemenangan walaupun berhasil mencetak gol 2-1. Selalu ada alasan atas kesalahan/kekalahan yang dilakukan. Tapi baikkah kita jika selalu mencari-cari alasan atas kesalahan/kekalahan yang kita buat? Dalam tulisan ini saya tidak ingin mengulas lebih banyak kesalahan-kesalahan PSSI atau pencapaian negatifnya dan NH sebagai ketua umumnya. Tapi alangkah lebih bijak jika kita menancapkan dalam-dalam dalam pikiran kita untuk terus belajar dan memperbaiki kesalahan. Jika hal ini disadari oleh masing-masing kita, maka mungkin bukan NH yang harus kita ganti tapi sistem yang salah yang harus kita benahi. Tanpa hal tersebut penggantian seorang NH pun tidak ada artinya. Dengan melihat dari kesalahan-kesalahan yang ada, tentu sistem PSSI kita bisa belajar banyak hal dan menjadikan hal tersebut sebagai pelajaran yang kemudian patut untuk memberikan perubahan besar untuk menuju kemenangan yang hakiki. Terakhir, rasa syukur yang sebesar-besarnya patut kita ucapkan kepadaNya karena ternyata euphoria piala AFF merupakan sebuah kado terindah bagi bangsa Indonesia di penghujung tahun 2010. Semoga masing-masing kita bisa memberikan perubahan yang besar untuk kebesaran bangsa yang selama ini kita agung-agungkan. Amien ..^_^..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun