Kita patut memberikan apresiasi kepada Densus 88 yang berhasil menggagalkan rencana teror bom kelompok teroris. Kita juga patut bersukur, obyek vital di Jakarta yang akan diledakkan kelompok teroris itu, urung terjadi. Entah sengaja atau tidak, beberapa negara di dunia merasakan teror bom yang diledakkan oleh kelompok teroris. Di Istanbul, Kairo, Mogadishu, Alepo dan Nigeria, merasakan teror bom. Jika saja bom panci tidak bisa digagalkan Densus 88, maka Indonesia juga akan masuk dalam daftar teror kelompok teroris.
Meski Indonesia terbebas dari upaya pengeboman, namun bukan berarti negeri ini terbebas ancaman terorisme. Bibit radikalisme di Indonesia masih tumbuh subur. Kelompok radikal terus menyebarkannya dengan berbagai cara. Mulai dari cara konvensional hingga yang modern sekalipun. Bahkan pelakunya pun juga terus berkembang. Mulai dari dewasa, remaja hingga anak-anak. Kemarin, di Bekasi Jawa Barat, salah satu terduga pelaku terorisme adalah perempuan. Bahkan si perempuan inilah yang akan menjadi calon pengantin, atau pihak yang akan meledakkan bom tersebut.
Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, negeri ini memang sering dijadikan korban. Banyak masyarakat yang direkrut menjadi anggota. Padahal, radikalisme bukanlah budaya Indonesia. Radikalisme murni budaya luar, yang dibawa masuk ke negeri yang sangat toleran ini. Saat ini kelompok yang begitu masif melakukan penyebaran paham radikalisme adalah kelompok Bahrun Naim. Dan target utama adalah anak muda. Selain umumnya nekad, anak muda juga mudah diarahkan.
Ancaman ISIS tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di negara lain. Kemarin (11/12) di Kairo, Mesir misalnya, baru saja juga mendapatkan teror bom. Kali ini yang dibom adalah sebuah gereja, dan menewaskan 25 orang. Dalam beberapa tahun terakhir, setidaknya ada sekitar 40 gereja di Mesir, yang dibom oleh kelompok teroris. Menurut keterangan pemerintah setempat, serangan umumnya dilakukan oleh militan ISIS. Serangan kelompok ISIS yang sporadis ini memang harus menjadi kewaspadaan bersama.
Kejahatan terorisme global memang terus menjadi ancaman setiap negara. Setelah markas ISIS di Mosul dan Suriah terus diserang oleh oleh kelompok koalisi, kelompok ini memang sedang terdesak. Meski demikian perlawanan kelompok teroris ini tidak pernah berhenti. Pimpinan ISIS bahkan sempat menyatakan jika Mosul dan Suriah terus terdesak, para anggotanya diminta pulang ke negaranya masing-masing untuk melakukan perbuatan amaliyah. Dalam konteks Indonesia, peran inilah nampaknya yang diambil alih oleh Bahrun Naim Cs. Mereka memerintahkan kepada para simpatisan ISIS, untuk terus melakukan amaliyah. Dan jaringan Bekasi yang baru saja ditangkap Densus 88 adalah buktinya.
Mari bergandengan tangan untuk meningkatkan kewaspadaan. Mari terus menyebarkan pesan damai, untuk mendamaikan kondisi yang sudah dipenuhi teror ini. Mari tingkatkan keimanan kita dan belajarlah agama secara utuh kepada orang yang tepat. Dengan membekali diri dengan ilmu agama dan ilmu pengetahuan, bisa menjadi filter bagi kita untuk tidak mudah terpengaruh paham sesat. Cek ricek ketika mendapatkan informasi, jangan mudah percaya. Begitu juga sebelum sharing informasi, pastikan bahwa informasi tersebut benar dan tidak berpotensi menimbulkan konflik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H