Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Generasi Muda Benteng Perlawanan Radikalisme di Era Digital

2 November 2024   23:57 Diperbarui: 2 November 2024   23:57 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era digital saat ini, akses informasi yang begitu mudah dan cepat menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi, hal ini membuka peluang bagi generasi muda untuk memperoleh pengetahuan dan wawasan yang luas. Namun di sisi lain, kemudahan akses ini juga dimanfaatkan oleh kelompok radikal untuk menyebarkan propaganda kebencian dan intoleransi.

Sayangnya, banyak anak muda yang tidak menyadari bahaya laten di balik konten-konten radikal yang bertebaran di media sosial. Mereka mudah terpengaruh oleh narasi yang provokatif dan manipulatif, sehingga terjerumus dalam pusaran radikalisme. Ada beberapa faktor yang membuat generasi muda rentan menjadi korban radikalisme. 

Diantaranya adalah persoalan krisis identitas. Di usia muda, banyak individu yang sedang mencari jati diri dan makna hidup. Kelompok radikal memanfaatkan kerentanan ini dengan menawarkan rasa persaudaraan dan tujuan hidup yang jelas.

Pemahaman agama yang minim, juga menjadi penyebab lain. Kurangnya pengetahuan agama yang komprehensif membuat generasi muda mudah terpengaruh oleh interpretasi agama yang sempit dan radikal. 

Selain itu, ketimpangan ekonomi, korupsi, dan ketidakadilan sosial dapat memicu rasa frustrasi dan kemarahan di kalangan anak muda. Kelompok radikal memanfaatkan sentimen negatif ini untuk merekrut anggota baru.

Lantas, bagaimana solusi untuk menangkal pengaruh radikalisme di kalangan generasi muda? Mari kita semua meningkatkan literasi digital. Generasi muda perlu dibekali kemampuan untuk berpikir kritis, menganalisis informasi, dan membedakan fakta dari hoaks. Pendidikan media dan literasi digital harus menjadi bagian integral dari kurikulum pendidikan.

Kita juga harus memperkuat pendidikan karakter. Generasi muda perlu dibekali nilai-nilai luhur seperti toleransi, empati, dan cinta damai. Pendidikan karakter harus ditanamkan sejak dini, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. 

Lalu, memperkuat peran keluarga dan komunitas juga tidak boleh ditinggalkan. Keluarga dan komunitas memiliki peran penting dalam memberikan dukungan dan pendampingan kepada generasi muda. Orang tua dan tokoh masyarakat harus mampu menjadi panutan dan memberikan arahan yang positif.

Anak muda, juga harus bisa memaksimalkan peran teknologi. Teknologi digital tidak hanya bisa menjadi alat penyebaran radikalisme, tetapi juga bisa menjadi senjata untuk melawannya. Generasi muda harus didorong untuk memanfaatkan teknologi untuk menyebarkan pesan-pesan perdamaian dan toleransi. 

Generasi muda memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan positif di era digital. Dengan dibekali pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang tepat, mereka dapat menjadi benteng pertahanan yang kokoh melawan radikalisme. Mari kita bersama-sama membangun generasi muda yang cerdas, kritis, dan toleran, agar Indonesia menjadi negara yang damai dan sejahtera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun