Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kearifan Lokal, Toleransi, dan Indonesia

20 Oktober 2024   13:48 Diperbarui: 20 Oktober 2024   14:15 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kearifan Lokal - jalandamai.org

"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti."

(Q.S. Al Hujurat: 13)

Firman Allah SWT diatas menegaskan bahwa diciptakannya manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal. Perbedaan itulah yang membuat kita dapat mengenali atau mengidentifikasi seseorang. Namun bukan untuk bermaksud membeda-bedakan (diskriminasi) tapi lebih kepada identitas dan ciri khas yang dimiliki oleh seseorang sebagai pemberian Allah SWT kepadanya.

Sebagai rahmatan lil 'alamin, tentunya Islam menjadi agama yang berdiri di atas semua golongan. Islam di Indonesia atau Islam Indonesia merupakan bagian dari umat Islam di seluruh dunia. Islam dimanapun sama-sama menyembah Allah, sejatinya tidak ada perbedaan dalam Islam yaitu menjalankan syariat rukun Islam dan rukun Iman, sholat, puasa, zakat, dsb. Nah, dari mana kita bisa mengenal satu sama lain? Perbedaanlah yang membuat kita dapat mengenali satu sama lain, yaitu dari suku, bangsa, adat istiadat, budaya dan tradisi sebagai identitas kita.

Islam itu satu, hanya saja cara mengekspresikan Islam yang bervariasi. Secara budaya dan historis banyak sekali ajaran Islam yang sesuai dengan interpretasi dan budaya di berbagai daerah di Indonesia. Namun belakangan ini, adat, budaya, dan tradisi di kritisi. Ada kelompok yang menyatakan tradisi baik dianggap bid'ah dan melanggar syariat Islam. Hal itu tentu saja menimbulkan polemik dan perdebatan.

Padahal kita ketahui bahwa kearifan lokal yang meliputi pengetahuan lokal, nilai-nilai lokal, dan praktik sosial lokal syarat akan nilai-nilai baik. Dari pengetahuan lokal kita bisa mengetahui obat-obatan tradisional, pengetahuan alam, dan pengetahuan teknologi tradisional. Nilai-nilai lokal mencakup kearifan ekologis, menghormati dan menjaga kelestarian alam, kebersamaan, saling membantu, bekerjasama menyelesaikan masalah, musyawarah, religius atau kepercayaan, kejujuran, kesopanan, dan rasa hormat. Melalui praktik sosial kita bisa mengetahui upacara adat dan ritual, gotong royong, sistem kekerabatan, pengobatan tradisional, dan kesenian tradisional

Yang mana nilai-nilai yang terkandung dalam kearifan lokal itu bisa menjadi karakter Islam Indonesia, ciri khas yang hanya dimiliki oleh umat Islam Indonesia. Sebut saja tradisi menggunakan peci dan sarung, ini akan menjadi identitas kita tapi hal itu dianggap tidak menjalankan sunnah, jadilah semakin kesini kita sudah mulai banyak melihat para lelaki menggunakan gamis dengan alasan menjalankan sunnah. Begitu halnya dengan pengetahuan yang tidak bersumber dari Al-Qur'an dan hadist akan dianggap melanggar syariat.

Padahal banyak sekali pengetahuan yang berbasis kearifan lokal hasil dari interaksi manusia dengan alam selama berabad-abad lamanya, dan mungkin ini hanya berlaku di daerah tersebut karena skala lokal. Tapi pengetahuan tersebut tidak bisa dipandang remeh karena kenyatannya kearifan lokal dapat membantu menyelesaikan masalah kontemporer seperti perubahan iklim, degradasi lingkungan, dan krisis pangan. Kearifan lokal dapat menjadi sumber pengetahuan dan pembelajaran bagi generasi muda. Kearidan lokal juga dapat memperkuat identitas budaya dan komunitas lokal yang pada akhirnya memperkuat identitas bangsa.

Oleh karena itu jangan mudah melabeli salah dan benar apalagi melanggar syariat. Hukum Islam berbicara mengenai manfaat dan mudharat. Kita yakini bahwa pada hakikatnya segala kebaikan datang dari zat Yang Maha Baik, yaitu Allah SWT. Hukum Allah SWT itu tidak kaku, tidak memberatkan, tapi juga tidak dimudah-mudahkan, atau dianggap enteng.  

Mari kita lestarikan kearifan lokal dengan tetap menjalankan tradisi baik sehingga dapat memperkuat identitas keagamaan. Kita buktikan pada dunia bahwa Islam Indonesia ramah, santun, suka menolong, toleran dan cinta damai. Hormati perbedaan, karena itu ketetapan Allah SWT. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun