Bulan Juni adalah bulan dimana lahirnya Pancasila, tentu kita akan diingatkan kembali mengenai dasar negara yang juga merupakan falsafah hidup berbangsa dan bernegara di tanah air tercinta ini. Banyak acara atau kegiatan-kegiatan yang pastinya mengusung tema Pancasila. Jika kita bicara mengenai Pancasila, hal pertama yang harus kita sadari dan yakini bahwa Pancasila adalah perekat dan pemersatu bangsa ini.
Indonesia yang sangat kaya akan keragamannya sudah pasti membutuhkan sesuatu yang dapat menjadi jembatan dari beraneka ragam suku, agama, dan ras yang ada di dalamnya agar tidak terpecah belah. Pancasila, hasil rumusan para pendiri bangsa ini, tentu saja merupakan hal yang sangat kita syukuri, karena falsafah hidup berbangsa dan bernegara sebagai acuan keharmonisan hidup bersama telah terwakili dari setiap sila dalam Pancasila. Â
Dengan Pancasila seharusnya bangsa ini dapat mengatasi permasalahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun, akhir-akhir ini kita semua disibukkan dengan perkerjaan rumah terkait hubungan antar umat beragama. Meski sudah memiliki panduan inklusif untuk mewujudkan masyarakat rukun dan saling menghormati perbedaan agama yaitu sila pertama Pancasila "Ketuhanan Yang Maha Esa", rasanya banyak kelompok yang memilih berjarak dari nilai tersebut dan berkutat pada eksklusifisme di masing-masing agama.
Sila pertama mengandung nilai-nilai yang tinggi terkait dengan ketuhanan, agama, keadilan dan kenegaraan. Penerapan sila pertama Pancasila dapat dicapai dengan menghormati setiap perbedaan, yaitu; perbedaan berbagai keyakinan antar masyarakat, mengedepankan kerukunan antar umat beragama dan berkeyakinan, tidak memaksakan keyakinan atau agama kepada orang lain, dan mengedepankan toleransi antar umat beragama. Sila pertama ini sangat erat kaitannya dengan pergaulan masyarakat Indonesia khususnya dalam bidang agama.
Indonesia memiliki banyak agama dimana setiap orang akan memilih satu ajaran agama, sehingga akan ada banyak orang yang menganut agama yang berbeda. Keberagaman agama yang ada di Indonesia menuntut masyarakatnya untuk dapat memberikan sikap atau perilaku tentang toleransi. Mengapa? Karena toleransi ini sangat diperlukan dalam menghadapi keberagaman yang ada.
Dengan toleransi, maka setiap manusia bisa saling menghargai dan menghormati, dari sikap itulah persatuan dan kesatuan bangsa akan terjaga. Aturan pertama di sini adalah memberikan prinsip atau nilai saling menghormati. Adanya rasa saling menghormati akan mencegah setiap orang untuk menjelek-jelekkan agama lain.
Menerapkan sikap dan perilaku toleran tanpa harus melarang pemeluk agama lain beribadah. Umat beragama akan tenang saat beribadah. Ibadah hening memudahkan individu untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Oleh karena itu, nilai toleransi pada perintah sila pertama tidak boleh hilang meskipun masyarakat semakin berkembang.
Singkatnya, nilai saling menghormati akan menjaga kerukunan umat beragama. Kerukunan ini terlihat dalam pelaksanaan gotong royong yang merupakan kearifan lokal, tidak perlu melihat agama yang dianut orang lain. Hal-hal seperti itulah yang harus sering dilakukan, membina dan membiasakan kebersamaan agar masyarakat Indonesia hidup rukun, aman dan damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H