Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Peran Ibu Menentukan Karakter dan Masa Depan Generasi Bangsa

12 Maret 2023   08:28 Diperbarui: 12 Maret 2023   08:32 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan Anak (ilustrasi) - dream.co.id

Kasus kekerasan yang dilakukan oleh anak dan remaja kini marak terjadi. Begitupun dengan tindakan bullying atau mengintimidasi teman yang lebih lemah. Sebenarnya apakah yang membuat hal-hal ini dilakukan oleh anak-anak? Dilansir dari lm.psikologi.ugm.ac.id ada beberapa faktor penyebab kekerasan remaja, diantaranya karena keluarga. Ketika orang tua tidak mengambil peran aktif dalam kehidupan anaknya, remaja menjadi tidak terkendali sehingga berteman dengan orang yang salah.

Lalu juga karena peran media. Kekerasan di media dapat memengaruhi remaja dan dapat membuat mereka bertindak agresif. Teman sebaya juga bisa mempengaruhi perilaku anak. Tekanan dari teman sebaya dapat menjadi faktor penyebab kekerasan remaja saat teman sebaya cenderung berperilaku agresif.

Faktor berikutnya adalah kesehatan mental. Penyakit mental juga merupakan penyebab kekerasan di kalangan remaja. Masalah kesehatan mental seperti ADHD, bipolar, ODD, dan gangguan perilaku, semuanya memiliki perilaku agresif atau perasaan marah sebagai gejala umum. Dan berikutnya adalah child abuse. Hal ini dipandang sebagai sebuah siklus, anak-anak yang menjadi korban kekerasan di rumah bisa menjadi pelaku kekerasan di kemudian hari.

Diantara faktor-faktor diatas, keluarga menjadi faktor tearatas yang menjadi perhatian karena tidak bisa dipungkiri krisis karakter (akhlak) anak dan remaja dimulai dari rapuhnya pendidikan dalam rumah tangga, terlebih peran seorang ibu sebagai madrasatul ula (institusi pertama pendidikan). Peran ibulah yang membentuk karakter dan mengajarkan akhlak anak yang santun, toleran, dan anti kekerasan. Sederet pribadi-priadi hebat pun dihasilkan oleh tangan dingin seorang ibu yang senantiasa mendidik dan mendoakan anaknya. Allah telah membekali seorang ibu dengan naluri keibuannya yang tidak diberikan kepada seorang ayah. Naluri ini secara fisik merupakan naluri yang paling kuat dari semua naluri fisik lainnya.

Diantara kesukesan seorang ibu, dialah ibunda Nabi Ismail as yaitu Sayyidati Hajar, wanita teladan dalam akhlaknya yang baik dan perilakunya yang indah. Dapat mencetak pribadi seorang anak laki-laki dengan segala makna kelaki-lakian itu sendiri, sabar terhadap musibah dan ridho dengan segala qadha' dan takdir Allah. Kisah sebaliknya dapat kita lihat contoh dalam istri Nabi Nuh as, yang gagal dalam mendidik anaknya, akhlak buruk lebih mendominasinya, akibatnya fitrahnya hancur lebur dan ia tidak mampu mendidik anaknya dengan baik. Akibatnya, anaknya menjadi kafir seperti dirinya.

Dari kedua contoh diatas kita lihat bahwa ayah keduanya adalah Nabi dan keduanya pasti mendidiknya dengan baik tanpa ada keragu-raguan didalamnya. Tapi, ibu mempunyai peran lebih besar dan lebih berpengaruh pada anak-anaknya. Contoh lain dapat kita lihat bagaimana Maryam binti Imran yang mampu mendidik Nabi Isa as dan Asiah istri Fir'aun yang sukses mendidik Nabi Musa as ditengah keluarga yang diktator dan kejam. Masih banyak contoh ulama-ulama hebat dalam zaman sahabat dan tabi'in yang terlahir yatim, diantaranya; Zubair bin Awwam ra, Abu Hurairah ra, Umar bin Sa'id al-Anshari ra, atau ulama seperti Imam Sufyan Ats-Tsauri ra, Imam Syafi'I ra, Imam Ahmad bin Hanbal ra.

Melalui momentum hari perempuan yang diperingati 8 Maret 2023 lalu, mari kita ketuk hati para prempuan untuk kembali ke marwah mulia seorang ibu untuk mencetak generasi-generasi hebat yang mempunyai pribadi kuat sehingga tidak mudah ter-influence segala hal negatif. Wahai para ibu, jangan kau titipkan pengasuhan generasi bangsa ini sepenuhnya di tangan para pengasuh. Kalau kau dapat memprioritaskan pekerjaan, tentu kau bisa jadikan anak-anak generasi bangsa sebagai prioritas yang tak kalah pentingnya dari pekerjaan. Jangan sampai sebagai seorang yang dapat menentukan nasib generasi bangsa namun kita abai dan lengah terhadap masa depan generasi bangsa ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun