Sadar atau tidak, banyak media sosial saat ini dipenuhi dengan ujaran kebencian, hoaks, provokasi dan segala unggahan yang berisi hal-hal yang tidak baik. Sadar atau tidak, sebagian dari kita telah ikut memberikan kontribusi negatif, di dalam ruang publik bernama media sosial. Tanpa disadari, segala aktifitas di dunia maya dan media sosial, seringkali disusupi sentimen negatif.
Mungkin kita masih ingat ketika pilkada DKI Jakarta beberapa tahun lalu, banyak orang yang ditetapkan sebagai tersangka, karena begitu vulgar melakukan pencemaran nama baik di dunia maya. Bahkan tidak sedikit yang secara terbuka untuk tidak memilih pemimpin yang non muslim. Jika ada yang memilih pemimpin non muslim, diancam tidak disholatkan jenazahnya jika meninggal.
Tanpa disadari, praktek saling menghujat dan membenci di media sosial itu masih terus terjadi hingga saat ini. Seseorang bisa secara santai menggunggah konten kebencian, hanya karena persoalan sepele. Unggahan yang berisi kebencian tersebut, dikhawatirkan bisa memberikan sentiment yang tidak baik bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang tingkat literasinya masih rendah.
Dalam perkemebangannya, media sosial memang tidak hanya lagi digunakan sebagai tempat untuk berinteraksi, tapi juga menjadi ruang untuk berekspresi. Karena itulah, jaga sikap ketika berinteraksi dan berekspresi. Meski di dunia maya, menjaga sikap di media sosial tetap penting.Â
Kenapa? Karena banyak provokasi muncul di media sosiala, yang berpotensi menjalar ke dunia nyata.
Jika sikap kita santun, tentu responnya pun juga akan baik-baik saja. Namun jika lisan dan tulisan kita bersikap provokatif, mengandung kebencian, menjelekkan orang atau kelompok lain, tentu akan berpotensi memicu polemik dan konflik di tengah masyarakat.Â
Contoh sedernaha adalah unggahan seorang tokoh agama yang menyatakan bahwa wayang lebih baik dihanguskan.Â
Pernyataan ini tentu akan memicu polemik khususnya bagi masyarakat yang menjadikan wayang sebagai peninggalan budaya. Apalagi wayang juga pernah digunakan Wali Songo dalam mensosialisasikan Islam di tanah Jawa.
Ada juga pernyataan yang menggunakan ayat-ayat agama, tapi untuk tujuan yang tidak baik seperti provokasi atau mengandung kebencian. Misalnya, kelompok Ahmadiyah dianggap sesat dan kafir.Â
Lalu dimunculkan ayat bahwa orang kafir harus dipengaruhi. Maka terjadilah diskriminasi dan perbuatan intoleran di sekitar kita. Hal semacam ini semestinya tidak terjadi, dan kita semua harus sadar dan lebih cerdas.