Dengan membiarkan bibit kebencian ini, kita dan lingkungan sekitar, akan dengan mudah memicu amarah. Ketika amarah terus memuncak dan tidak terkendali, lalu kita terprovokasi dengan berita hoaks dan informasi yang bersifat provokatif, maka disitulah potensi terjadin bibit intoleransi dan radikalisme.Â
Yang awalnya hanya ditataran pikiran, lalu menyebar ditataran perilaku. Tak heran jika aksi pembakaran masjid Jemaah Ahmadiyah masih terjadi. Kelompok minoritas masih terjadi diskriminasi. Penyegelan tempat ibadah juga masih terus terjadi. Dalam konteks radikalisme, hal tersebut bisa mendekatkan pada bibit terorisme.
Apa yang terjadi jika diantara kita tidak saling bertutur sapa, tidak saling berinteraksi. Tentu saja bibit radikalisme yang menyusup melewati kebencian tersebut, akan terus menyebar kemana-mana. Tentu saja kita tidak ingin generasi mendatang, menjadi generasi yang provokatif, generasi pembenci yang mudah marah.Â
Negeri ini butuh generasi yang cerdas, generasi inovatif, kreatif, tapi tetap tidak meninggalkan nilai-nilai kearifan lokal. Mari terus perkuat nilai-nilai silaturahmi. Mari terus tularkan semangat silaturahmi ke setiap generasi. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H