Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjaga Toleransi dan Persaudaraan Antar Iman di Hari Fitri

15 Mei 2021   09:31 Diperbarui: 15 Mei 2021   09:39 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perdamaian Indonesia - jalandamai.org

Ada yang menarik dalam perayaan hari raya Idul Fitri pada 13 Me3i 2021 ini. Hari raya Idul Fitri ini bertepatan dengan peringatan kenaikan Isa al Masih. Hari besar keagamaan menjadi satu. Momen langka ini tentu menjadi pemandangan yang sangat menarik di beberapa daerah. Dan momen ini merupakan bukti bahwa persaudaraan dan toleransi antar umat beragama di Indonesia tetap terjaga. Salign mengharga dan menghormati antar umat beragama, diharapkan tidak hilang dan terus mengalir dalam daerah generasi penerus.

Di Indonesia sendiri, konsep persaudaraan pada dasarnya tidak hanya saudara kandung saja. Namun juga saudara antar sesama, yang notabene bisa berbeda latar belakang agama, suku, bahasa dan budaya. Karena Indonesia, kita semua bersaudara. Termasuk persaudaraan antar iman, juga bukanlah hal yang baru di Indonesia. Karena itulah di negeri ini mengenal istilah toleransi antar umat beragama. Dan hal ini terbukti, antar pemeluk agama di Indonesia bisa hidup berdampingan dalam keberagaman.

Namun kita harus terus ingatkan tentang pentingnya menjaga persaudaraan antar iman dan toleransi antar umat beragama. Karena seiring perkembangan zaman, propaganda radikalisme di Indonesia terus masif terjadi melalui media sosial. Provokasi yang dilakukan oleh kelompok radikal ini, terus merambah ke masyarakat biasa. Akibatnya, masyarakat seringkali menyebarkan informasi tanpa melakukan cek ricek dulu. Mereka langsung sharing tanpa saring dulu. Dan ironisnya, agama menjadi isu yang sensitif, ketika dimunculkan di media sosial. Amarah langsung bermunculan ketika sentimen agama dimunculkan.

Dan negeri ini pun punya pengalaman tentang sentimen negatif ini. Dan kita harus bisa belajar dari sejarah, agar konflik SARA ini tidak terjadi lagi. Meski kita tahu, kelompok intoleran dan radikal terus menghembuskan sentimen ini untuk membuat kekacauan. Karena itulah, menjadi tugas kita bersama untuk terus menjaga persaudaraan antar iman ini. Dan dalam agama apapun, tidak ada yang menganjurkan untuk saling bermusuhan.

Tak dipungkiri, kemajemukan di Indonesia ini bisa menjadi kekuatan yang sangat besar jika kita bisa merawatnya. Namun akan bisa menjadi kehancuran, jika kita tidak bisa merawatnya. 

Dengan bertemunya hari raya Idul Fitri dan peringatan Isa al Masih kemarin, diharapkan bisa menjadi momentum untuk memperkuat harmoni dalam keberagaman tersebut. Jangan lagi mencari mana agama yang benar atau sebaliknya. Karena seringkali dialog yang dibangun kelompok intoleran seperti ini. Konsep dialog inilah yang berpotensi bisa memicu terjadinya perselisihan. Mari bekali diri kita semua dengan pemahaman agama yang benar, agar tidak mudah terprovokasi informasi menyesatkan di media sosial.

Mari kita terus lakukan introspeksi, agar kita bisa belajar dari sejarah masa lalu. Islam masuk ke Indonesia dengan cara-cara yang santun, tidak pernah menggusur agama yang telah ada, dan bisa saling berakulturasi dengan budaya lokal yang ada. Agama lain juga menerapkan hal yang sama. Semuanya bisa saling berdampingan. Jika sejarah mengajarkan hal seperti itu, buat apa jika di era sekarang masih ada pihak-pihak yang mempersoalkan tentang perbedaan atau keberagaman? Jika kita belajar agama secara benar dan utuh, pastinya kita tidak akan mendengarkan provokasi semacam itu. Salam toleransi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun