Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tukang Kritik, Pembangkangan Hukum, dan Bahaya Radikalisme

27 Maret 2021   12:37 Diperbarui: 27 Maret 2021   12:41 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Perdamaian - jalandamai.org

Di lingkungan sekitar kita, selalu saja ada pihak-pihak yang berperilaku tidak baik. Selalu saja ada orang yang suka membicarakan kejelekan orang lain. Dan selalu saja ada pihak-pihak yang sengaja memprovokasi di media sosial atau menyebarkan ujaran kebencian. Perilaku tersebut merupakan sebagian kecil dari contoh perilaku yang tidak taat pada aturan, tidak taat pada hukum yang berlaku. Tentu saja perilaku yang negatif itu dilakukan untuk tujuan tertentu, yang berpotensi bisa memunculkan pemahaman yang keliru, dan dalam tahap yang lebih adalah amarah yang tak terkendali.

 Contoh diatas bisa berpotensi melanggar aturan atau hukum yang berlaku, karena sudah merasa dirinya paling benar. Sedangkan pihak lain dianggap sebagai pihak yang salah. Semangat untuk membangkang terus dipelihara, karena didasarkan pada keyakinan. Padahal, keyakinan yang mereka anut adalah keyakinan yang salah. Karena persepsinya sudah salah, maka pola pikir, ucapan dan perilakunya pun juga bisa berpotensi salah. Jika diantara kita sudah ada indikasi ke arah sini, lebih baik mulai melakukan introspeksi dan antisipasi. Bisa jadi kita telah terpapar bibit radikalisme di dunia maya.

 Lalu, apa yang harus kita antisipasi? Waspada terhadap fanatisme. Jika ada orang atau kelompok atau mungkin kita sendiri sudah memandang orang lain buruk, dan menilai diri kita atau kelompok kita lebih baik dari orang lain, maka harus segera introspeksi. Fanatisme yang tak terkendali, bisa menjadi titik awal masuknya intoleransi dan radikalisme. Orang yang fanatik kepada tokoh atau kelompok tertentu, seringkali mencari kejelekan pemerintah. Segala yang dilakukan pemerintah dianggap salah dan sesat. Jika yang dilakukan dalam konteks kritik, tentu hal tersebut sangat diperlukan. Namun jika didalamnya dimasukkan unsur provokasi dan ujaran kebencian, tentu harus diwaspadai.

 Budaya kritik memang merupakan hal yang lumrah dalam demokrasi. Mengkritik jangan lah mencari kejelekannya saja, tapi juga munculkan alternatif solusinya. Berikanlah masukan dengan cara yang santun. Mencari kejelekan tanpa solusi, akan melahirkan kebencian. Dan jika kebencian terus dimunculkan, disitulah intoleransi dan radikalisme akan mudah berkembang. Dan ketika radikalisme berkembang, bibit terorisme juga akan mudah berkembang. Kenapa? Karena basis terorisme adalah intoleransi dan radikalisme.

Waspadai juga anggapan pemimpin tidak berpihak pada ulama. Ulama selalu mendapatkan diskriminasi, pemerintah tidak pro pada agama mayoritas dan lain sebagainya. Jika menyinggung tokoh agama, memang menjadi hal yang sangat sensitive. Apalagi tokoh tersebut mempunya banyak pengikut yang sangat fanatik. Jika sang tokoh 'dicolek' dengan sendirinya para pengikutnya akan bergerak memberikan amarahnya. Disinilah kritik yang muncul akan memicu terjadinya intoleransi, dan praktek pembangkangan hukum. Sudah tahu bersalah, tapi tetap tidak mau disalahkan. Sudah tahu melanggar hukum, masih saja merasa benar dan lain sebagainya.

Jika aturan agama atau hukum di sebuah negara tidak lagi di indahkan dan terus dilanggar, tentu saja praktek semacam ini tidak perlu dicontoh. Jika kita mamang merupakan seorang yang religius, tentu kita harus bisa melakukan jihad yang benar. Ingat, jihad yang sesungguhnya adalah melawan hawa nafsu dalam diri sendiri. Karena hawa nafsu yang tak terkendali, bisa menghalalkan cara apa saja. Mari kita saling introspeksi agar terhindar dari bibit radikalisme. Tak usah lagi mempersoalkan perbedaan, tak usah mencari kesalahan dan merasa paling benar. Ingat, kita di dunia ini untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Dan mentaati hukum suatu negara, juga sejalan dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan Tuhan YME. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun