Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

17 Agustus, Bukti Indonesia Anti Khilafah

30 Agustus 2020   09:33 Diperbarui: 30 Agustus 2020   09:21 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan Agustus tahun ini menjadi bulan yang special bagi kita bangsa Indonesia. Pada 17 Agustus, kita memperingati hari kemerdekaan Indonesia. Di hari itu, merupakan tonggak sejarah bangsa Indonesia, karena telah terbebas dari belenggu penjajahan. Setidahnya butuh perjuangan yang tidak singkat, untuk bisa bebas dari penjajahan. 350 tahun hidup dalam penjajahan, telah membuat pola pikir masyarakat ketika itu mudah di adu domba. 

Namun setelah masyarakat sadar mereka menjadi korban adu domba, perjuangan yang awalnya parsial, dilakukan secara serentak dan menghasilkan kemerdekaan yang bisa kita rasakan hingga saat ini. Nilai-nilai perjuangan harus bisa kita jadikan semangat untuk terus mengisi kemerdekaan ini, dengan hal-hal yang bermanfaat buat bangsa ini.

Di bulan Agustus ini pula, terdapat hari bersejarah bagi umat Islam di seluruh dunia. Yaitu tahun baru Islam 1442 hijriyah. Di hari ini juga banyak hal yang bisa kita jadikan pembelajaran. Hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah, tidak hanya dimaknai sebagai hijrah secara fisik. Namun juga hijrahnya pola pikir menuju pluralism, menuju tatanan yang lebih baik.

Kedua peristiwa bersejarah, yang kebetulan pada tahun ini terjadi di bulan Agustus ini, bisa kita jadikan momentum untuk hijrah menuju Indonesia yang lebih baik. Tak dipungkiri, di era kemajuan teknologi informasi ini, ada saja pihak-pihak yang terus menebarkan propaganda radikalisme, intoleransi dan khilafah. 

Berbagai upaya terus mereka lakukan, dalam kondisi apapun. Tak terkecuali, di masa pandemi seperti sekarang ini. Provokasi dan ujaran kebencian nyatanya tetap saja tidak berhenti. Bahkan, belakangan ramai jadi perbincangan ketika munculnya film JKDI, yang dimunculkan oleh mantan anggota HTI yang telah dibubarkan oleh pemerintah.

Kemunculan film tersebut, juga memanfaatkan momentum 20 Agustus, yang bertepatan dengan tahun baru Islam. Jika melihat kenyataan ini, semestinya kita bisa berpikir secara logis dan realistis. Kemunculan film tesebut hanya ingin menunjukkan eksistensi mereka saja. Bahwa mereka masih ada, meski organisasinya telah dibubarkan. Untuk menghilangkan paham memang sulit, karena ini sudah masuk dalam ranah keyakinan. Butuh proses panjang untuk mengembalikan ke jalan yang benar.

Karena itulah, mari kita jadikan bulan perjuangan Agustus ini, sebagai momentum untuk hijrah pada semangat kebangsaan. Semangat yang mengedepankan kepentingan bersama, bukan kepentingan kelompok atau individu tertentu. Mari kita menuju pada toleransi bukan intoleransi, mari kita pertahankan keberagaman bukan kesamaan. 

Tuhan telah menciptakan bumi dan seiisinya dengan berbagai macam ragam perbedaan. Karena itulah jangan lagi mempersoalkan perbedaan yang telah ada sejak dulu. Karena perbedaan yang telah ada sejak dulu itu anugerah yang diberikan Tuhan untuk kita jaga. Mari tanamkan sejak dini untuk menolak paham-paham yang tidak sesuai dengan budaya dan karakter bangsa Indonesia. Khilafah jelas tidak sesuai, karena itulah harus selamanya ditolak. Salam keragaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun