Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lupakan Mayoritas atau Minoritas, Mari Saling Bergandengan

14 Maret 2020   23:26 Diperbarui: 14 Maret 2020   23:21 1091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Solidaritas - seputarilmu.com

Tak dipungkiri, isu mayoritas minoritas masih seringkali jadi pembahasan di Indonesia. Kelompok intoleran masih sering memunculkan isu ini, untuk membuat masyarakat bimbang. 

Muslim dianggap sebagai mayoritas dan non muslim yang minoritas. Mayoritas dianggap yang paling benar, sedangkan yang minoritas dianggap sebagai yang kurang benar atau salah. Sentimen keagamaan ini suka tidak suka, masih seringkali dijadikan alat untuk menebar provokasi, menebar kebencian, ataupun untuk tujuan yang tidak baik.

Praktek semacam ini seringkali dilakukan oleh kelompok intoleran, untuk membuat kegaduhan. Dalam segala kondisi seringkali kita temukan persoalan ujaran kebencian ini yang terus mengisi media sosial. Ketika memasuki tahun politik misalnya, antar sesama teman, tetangga, atau saudara, bisa saling membenci hanya karena perbedaan pilihan politik. 

Publik berharap, kebencian di tahun politik ini akan berakhir ketika gubernur atau presiden terpilih berkuasa. Nyatanya, hingga saat ini masih saja ujaran kebencian, hoaks dan provokasi kita temukan dalam setiap postingan di media sosial. Bahkan ketika ada banjir, atau ketika virus corona mulai masuk ke Indonesia pun, masih saja kita temukan postingan di media sosial yang berisi kebencian dan kebohongan.

Mari kita hentikan postingan yang bisa memicu kepanikan. Mari kita hentikan pula postingan yang mengandung kebencian dan kebohongan. Semestinya kita bisa saling berdampingan, bergandengan tangan dan saling membantu satu dengan yang lain. 

Ketika ada kaum muslim yang mendapatkan kasus, atau mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan, jangan langsung dianggap hal tersebut merupakan intimidasi kepada mayoritas. Jangan pula kekerasan yang melanda kaum muslim di Indonesia, terus dibelokkan menjadi kaum muslim ditindas dan segala macamnya.

Mari kita belajar melihat informasi secara utuh. Jangan mudah percaya terhadap informasi yang belum tentu benar. Kasus kekerasan yang menimpa muslim India, berpotensi di bawa ke Indonesia dengan informasi yang berbeda. 

Kasus kekerasan yang terjadi di Rohingya ketika itu, juga pernah dibelokkan, sehingga kaum muslim di Indonesia terprovokasi untuk melakukan jihad dengan cara meledakkan diri, atau cara-cara kekerasan. Pola semacam ini umumnya dilakukan oleh kelompok radikal dan teroris.

Saatnya kita selalu melakukan introspeksi. Ingatlah nilai-nilai kearifan lokal yang selalu diajarkan orang tua, guru, dan generasi pendahulu kita. Indonesia adalah negara yang penuh dengan kemajumukan. Dari Aceh hingga Papua adalah Indonesia. Keragaman yang terjadi didalamnya merupakan bagian dari Indonesia. 

Termasuk perbedaan yang ada di dalamnya. Karena itulah, jika dilihat dari sisi budaya, Indonesia mempunyai budaya toleransi dan gotong royong, yang mendorong adanya interaksi antar sesama manusia tanpa melihat perbedaan atau latar belakang. 

Agama apapun, termasuk Islam yang dipeluk mayoritas masyarakat Indonesia, juga mengajarkan tentang toleransi dan mengakui keberagaman. Setop memperdebatkan perbedaan, kita semua sama, karena itu mari saling berdampingan, bergandengan tangan dan menguatkan solidaritas kemanusiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun