Belakangan, publik digemparkan dengan maraknya kerajaan dan keraton yang menyedot perhatian publik. Mulai dari Keraton Agung Sejagat, Sunda Empire, hingga Kerajaan Warteg Bahagia muncul dan membuat heboh masyarakat.Â
Belakangan kemunculan kerajaan dan keraton tersebut, diketahui ada motif ekonomi yang membuat kita tidak habis pikir. Keraton Agung Sejagat misalnya. Keberadaannya telah berhasil menarik simpati publik dengan berbagai janji manis. Para pengikutnya pun mencapai ratusan orang. Dan belakangan diketahui bahwa ada unsur penipuan dibalik kemunculan keraton agung sejagat ini.
Masyarakat yang tidak membekali dirinya dengan informasi yang benar, dan budaya literasi yang kuat, akan mudah terbujuk. Konsep ratu adil yang dimunculkan, langsung dipercaya sebagai sebuah kebenaran.Â
Padahal konsep tersebut tak jauh bedanya dengan konsep fiktif yang penuh dengan ilusi. Raja dan ratu keraton agung sejagat kini telah ditangkap polisi. Keduanya dijerat pasal 378 KUHP tentang penipuan dan pasal 14 UU Nomor 1 tahun 1946 tentang peraturan hukum pidana.
Lalu, kenapa masih saja ada masyarakat yang tertipu? Sejumlah pengamat menilai, masyarkat yang tertipu dan menjadi korban merupakan masyarkat yang mempunyai pola pikir yang tidak rasional. Sebagian masyarakat masih berpikir pandangan tentang konsep Ratu Adil yang akan datang di masa mendatang.Â
Apalagi bagi masyarkat Jawa, masih mempercayai akan munculnya Ratu Adil di masa mendatang. Hal inilah yang kemudian menjadi celah bagi sejumlah oknum untuk mencari keuntungan dengan menebarkan ilusi kebesaran kerajaan.
Sekarang ini merupakan eranya yang penuh kecanggihan teknologi. Eranya informasi berkembang begitu pesat dalam waktu singkat. Semestinya hal ini bisa dimanfaatkan untuk membekali diri dengan mengakses informasi yang benar, bukan informasi yang menyesatkan.Â
Masyarakat diharapkan juga menyebarkan informasi yang benar, bukan informasi yang bisa membuat onar. Yang terjadi saat ini justru sebaliknya. Banyak orang secara sengaja menyebarkan informasi bohong, informasi yang penuh kebencian, hingga informasi yang penuh dengan ilusi. Penting kiranya membangun sikap kritis ditengah maraknya informasi yang menyesatkan tersebut.
Untuk bisa membangun sikap kritis, maka pola pikir kita pun harus lebih logis, harus lebih rasional. Jika rasionalitas ini tetap terjaga, maka kita akan lebih mudah menyikapi setiap informasi secara obyektif.Â
Dan untuk bisa menjaga obyektifitas tersebut, diperlukan informasi secara utuh. Karena itulah bekalilah diri kita dengan informasi dari sumber yang terpercaya, bukan dari sumber yang belum tentu kebenarannya.
Banyak ilusi yang coba ditawarkan, namun berakhir dengan kondisi yang penuh dengan ketidakjelasan. ISIS pernah menawarkan ilusi baru melalui konsep kekhilafahan. Masyarakat pun yang tidak membekali dengan informasi yang benar, akan mudah terbujuk rayu ISIS.Â