Pernahkah kita merasa berbeda di tempat yang baru? Pernahkah kita mengajak ngobrol teman baru yang masuk di lingkungan kita? Merasa asing, merasa berbeda, merasa ini itu, pasti pernah dirasakan oleh semua orang. Ketika kita merasa seperti itu, apa yang akan kita lakukan? Acuh tak acuh, bersikap yang tidak semestinya, atau seperti apa? Disinilah kita dituntut untuk punyai rasa saling menghargai, saling menolong atau sikap mengajak berinteraksi.
Masyarakat Indonesia pada dasarnya dikenal sebagai masyarakat yang ramah, murah senyum dan suka menolong. Karena itulah di Indonesia mengenal tradisi gotong royong. Jika salah satu tetangga ada yang punya hajatan, tetangga yang lain menawarkan bantuan tanpa harus diminta. Ketika kita mempunyai makanan berlebih, selalu menawarkan ke orang yang membutuhkan tanpa diminta. Begitulah sebenarnya masyarakat Indonesia. Saling menghargai dan membantu antar sesama.
Namun seiring perkembangan zaman, keramahan dan toleransi itu mulai diganggu dengan banyaknya ujaran kebencian di dunia maya. Ironisnya, kebencian itu pun mulai menjalar di dunia nyata. Di media sosial seseorang bisa saling caci, saling mencari kejelekan dan kesalahan orang lain. Kondisi ini kian runyam ketika seseorang yang tak bertanggung jawab terus menyebar informasi bohong alias hoaks. Akibatnya, akal sehat seseorang dilemahkan. Kebenaran disamarkan dan kebohongan justru  dianggap sebagai kebenaran. Akibat itu semua, potensi konflik pun sangat terbuka dan sewaktu-waktu bisa terjadi.
Dan semua itu pernah terjadi di sekitar kita. Konflik yang dipicu oleh provokasi di media sosial, pernah terjadi. Konflik yang terjadi karena provokasi kebencian, juga pernah terjadi di dunia nyata. Bisa jadi potensi-pontensi konflik di kemudian hari, juga akan terjadi. Namun, tentu kita tidak ingin  bibit kebencian itu terus menguat dan membesar sampai benar-benar melahirkan konflik. Untuk itulah, perlu ada pencegah, agar bibit kebencian itu tidak meluas kemana-mana. Dan salah satu pencegah itu adalah toleransi, saling menghargai dan tolong menolong antar sesama.
Belajar menghargai pada dasarnya sudah diajarkan oleh orang tua kita sejak kecil. Belajar menghormati juga selalu diajarkan di keluarga, di pendidikan hingga dalam kehidupan bermasyarakat. Memang terkadang untuk bisa saling menghargai, diperlukan sebuah kedewasaan sikap. Misalnya, jika ada di lingkungan yang baru, tentunya kita harus bisa saling menghormati, bukan justru saling mencaci dan memaki. Sikap saling menghormati itu akan membuat kita belajar banyak hal. Belajar tentang budaya yang berbeda, tentang agama keyakinan yang berbeda, tentang latar belakang yang berbeda, dan mungkin masih banyak perbedaan lainnya.
Belajarlah saling menghargai, agar kita bisa mengerti dan memahami makna keberagaman. Belajarlah menghargai agar kita besa terhindar dari caci maki. Saling menghargai akan menjauhkan dalam setiap bibit kebencian. Karena kebencian yang tak terkendali, hanya akan melahirkan bibit intoleransi di kemudian hari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H