Untuk yang kesekian kalianya, Papua kembali ricuh. Dan untuk kesekian kalianya, aksi rusuh tersebut dipicu oleh hoaks di media sosial. Kerusuhan yang terjadi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya itu, bermula dari aksi unjuk rasa yang digelar sekelompok massa.
Salah media memberitakan, aksi berujung rusuh tersebut didominasi oleh anak SMA. Aksi rusuh itu melakukan perusakan dan pembakaran sejumlah fasilitas umum dan rumah warga.
Mabes Polri menyatakan pemicu kerusuhan diduga akibat adanya hoaks berkaitan dengan isu rasialisme. Akibat kerusuhan tersebut, 16 warga sipil dikabarkan tewas dan 65 orang lainnya mengalami luka.
Mari saling introspeksi. Menjadikan informasi yang belum tentu benar sebagai dasar, tentu ini sungguh menyesatkan. Dan yang lebih tidak menyedihkan, masih saja ada pihak-pihak yang sengaja menjadi provokator, dengan memanfaatkan anak-anak generasi penerus saling membenci antar sesama.
Mari kita belajar dari pengalaman sebelumnya. Beberapa waktu lalu, aksi pembakaran terjadi di beberapa tempat di Papua.
Sebelumnya, banyak orang yang terprovokasi sampai akhirnya memilih masuk menjadi jaringan terorisme. Jauh sebelum itu, masyarakat pernah terpecah belah akibat politik adu domba penjajah. Akibat adu domba itu, kita harus ratusan tahun hidup dalam penjajahan.
Kini, kita sudah sepenuhnya merdeka dan bebas dari penjajahan fisik. Namun, pikiran kita masih dijajah oleh pihak-pihak yang tidak menghendaki kedamaian di Indonesia.Â
Di antara kita masih ada yang berusaha untuk saling memprovokasi, sehingga memunculkan potensi konflik di tengah masyarakat. Dan kerusuhan yang baru-baru ini terjadi di Papua, merupakan salah satu contohnya.
Jika kita bisa saling mengendalikan diri, bisa cek ricek setiap informasi yang diterima, membekali diri dengan literasi yang kuat, mungkin tidak aka nada 16 orang yang meninggal. Tidak ada lagi aksi saling bakar yang bisa memunculkan trauma.
Mari kita saling menghargai dan menghormati antar sesama. Sila kedua Pancasila, mengajarkan kepada kita agar mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Nilai yang lahir dari  budaya lokal ini, patut kita renungkan dan implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Sederhana saja. Dengan saling menyapa, tersenyum kepada sesama, bisa menyalurkan energy positif antar sesama. Karena melalui interaksi yang seperti itulah, yang akan melahirkan kedamaian di negeri ini.