Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Toleransi, Satukan Keragaman Indonesia

24 Agustus 2019   01:02 Diperbarui: 24 Agustus 2019   01:23 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa tahun lalu, pernah terjadi aksi pembakaran tempat ibadah di Tanjung Balai, Sumatera Utara.  Aksi pembakaran tersebut dipicu oleh provokasi di media sosial, yang terur berkembang di masyarakat sekitar. Karena minimnya literasi dan tidak ada cek ricek, informasi bernuansa kebencian dan provokasi tersebut dianggap sebagai sebuah kebenaran, dan lahirlah perilaku yang merugikan tersebut.

Belakangan kita kembali digegerkan provokasi di dunia maya yang berujung aksi kekerasan di Papua. Aksi unjuk rasa itu berujung pembakaran sebuah tempat, pembakaran sebuah tempat di Papua. 

Aksi kekerasan itu diduga merupakan dampak dari sebutan rasis kepada mahasiswa di Papua. Kondisi semakin runyam, ketika media sosial juga ikut melakukan provokasi. Muncullah kemarahan kolektif yang bisa berpotensi melahirkan konflik di tengah masyarakat.

Indonesia sudah punyai pengalaman konflik SARA. Sadar atau tidak, berbagai macam konflik yang terjadi berpotensi ditunggangi oleh kelompok radikal, bahkan teroris. Dulu kita pernah punya pengalaman konflik Poso. Dalam konflik tersebut banyak sekali pihak-pihak yang mendomplengnya. 

Pihak yang mendompleng ini memang sengaja membuat ketenangan Indonesia terganggu. Toleransi yang menjadi karakter negeri ini, jadi terganggu. Kerukunan antar umat beragama yang telah dipupuk sejak dulu, jadi terganggu.

Provokasi serupa juga sempat terjadi beberapa tahun lalu. Ketika itu masyarakat terprovokasi informasi yang menyesatkan di media sosial. Ternyata provokasi tersebut memicu kemarahan sebagian masyarakat, yang memicu pembakaran sejumlah tempat ibadah di Tanjung Balai, Sumatera Utara. 

Tentu kita berharap tidak terjadi lagi aksi seperti di Tanjung Balai dan Papua. Kita tidak ingin lagi terjadi aksi pembakaran atas nama apapun. Kita juga tidak mau ada lagi ucapan dan perilaku rasis atas nama apapun.

Mari kita saling mengingatkan, bahwa kita semua mempunyai nilai-nilai kearifan lokal yang bernama toleransi. Mengedepankan toleransi dalam setiap ucapan dan perilaku, menjadi keharusan semua orang. Baik yang beragama Islam, Kristen, Hindu, Budha ataupun Konghucu. 

Baik itu suku Jawa, Dayak, ataupun Papua, semua harus saling menghormati antar sesama. Tak peduli berambut kriting ataupun lurus, berkulit putih, coklat ataupun hitam, semua harus saling menghargai antar sesama.

Menguatkan pendidikan karakter harus dilakukan oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Melalui penguatan toleransi, diharapkan tidak ada lagi saling caci dan persekusi antar umat manusia. Dengan penguatan toleransi, keragaman Indonesia yang ada dari Aceh hingga Papua ini, diharapkan tetap terjaga dan bisa terus dilestarikan oleh generasi penerus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun