Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kendalikan Diri, Perkuat Literasi dan Rajutlah Damai

30 Mei 2019   11:10 Diperbarui: 30 Mei 2019   11:26 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama Ramadan ini, banyak hal yang semestinya bisa kita jadikan pembelajaran bersama. Semangat puasa adalah belajar untuk mengendalikan diri. Bentuk pengendalian diri ini bisa bermacam-macam. Mengendalikan amarah, mengendalikan hawa nafsu, mengendalikan nafsu untuk menebar kebencian, ataupun bibit negative lainnya. Tak dipungkiri, dalam setiap diri manusia masiht terdapat bibit negative. Bibit itulah yang harus dikendalikan, agar tak trus tumbuh dalam diri dan menyebar ke ucapan dan perilaku setiap manusia.

Jika kita lihat kondisi sekarang ini, upaya pengendalian ucapan dan perilaku sepertinya sulit sekali di lakukan oleh manusia di era milenial ini. Banyak sekali bertebaran ujaran kebencian dan kebohongan di dunia maya. Banyak juga praktek-praktek persekusi bermunculan di dunia nyata. Semuanya itu terjadi karena banyak masyarakat yang membiarkan dirinya menjadi korban provokasi, tanpa membekali diri dengan literasi. Di era pilkada serentak hingga pilpres kemarin, semua bibit negative itu begitu massif bermunculan. Dan kondisi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh kelompok radikal, yang memang menunggu kondisi tidak kondusif. Dan semua itu terbukti terjadi pada aksi 21-22 Mei 2019 lalu, yang menolak hasil pilpres.

Dalam aksi rusuh tersebut, banyak sekali pihak-pihak yang tidak menginginkan Indonesia damai. Belakangan aparat keamanan berhasil membongkar motif pelaku. Ada yang ingin membunuh tokoh, ada yang ingin mengganggu keamanan, ada yang ingin merencanakan peledakan bom, dan bisa jadi masih banyak lagi kepentingan lain yang ikut mendompleng aksi tersebut. Padahal, aksi tersebut dilakukan di bulan Ramadan. Bulan dimana setiap umat muslim tidak hanya menjalankan ibadah puasa, tapi juga momentum untuk menebar kebaikan agar bisa mendapatkan berkah. Jika Indonesia selalu diklaim sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, semestinya aksi kemarin tidak perlu terjadi. Tapi karena tidak ada pengendalian diri dan menjadikan provokasi sebagai acuan, yang terjadi adalah persatuan dan perdamaian yang menjadi korban.

Padahal, puasa di bulan Ramadan ini mengajarkan kita banyak hal. Tradisi sahur dan buka bersama misalnya. Bisa dilakukan dimana saja dan dari elemen masyarakat manapun ramai-ramai melakukannya. Tidak hanya yang sesama muslim, masyarakat yang non muslim pun seringkali membagikan makanan untuk sahur atau buka bersama. Bahkan, ada juga gereja yang digunakan untuk sahur atau buka bersama. Untuk bisa berbagi makanan tersebut, tentu butuh patungan uang. Dan patungan uang ini dilakukan secara kolektif, tanpa ada paksaan. Bayangkan, semangat saling membantu antar sesama bisa terjadi hampir diseluruh Indonesia, hanya karena Ramadan. Hal diatas merupakan contoh positif yang diajarkan di bulan Ramadan.

Mari kita saling introspeksi. Belajarlah untuk saling mengendalikan diri, baik di bulan Ramadan ataupun bulan-bulan biasa. Belajarlah mengendalikan diri baik dalam perkataan ataupun perilaku. Jika kita sudah bisa belajar mengendalikan diri, maka bekalilah diri kalian literasi yang benar. Hal ini penting agar kita tidak mudah menjadi korban provokasi di dunia maya ataupun dunia nyata. Jika kita bisa menerapkan hal ini dalam kehidupan sehari-hari, tentu keberagaman Indonesia ini akan terus terjaga. Persatuan dan kesatuan umat juga akan terus terjalin. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun