Hoaks alis berita bohong memang menjadi musuh bersama saat ini. Entah dari mana awalnya, kenyataannya berita bohong ini telah membuat banyak negara pusing termasuk Indonesia. Berbagai ancaman konflik bisa sewaktu-waktu muncul hanya karena terprovokasi berita yang tidak benar.Â
Dan di Indonesia sendiri, sudah sering terjadi. Bahkan, untuk urusan berbeda pandangan, berbeda agama, dan perbedaan lain yang sudah ada sejak sebelum Indonesia merdeka pun, seringkali dipersoalkan lantaran terprovokasi hoaks dan ujaran kebencian.
Kasus pembakaran tempat ibadah di Tanjung Balai tahun sebelumnya, terjadi karena dipicu provokasi di media sosial. Kasus persekusi yang marak terjadi, juga karena terprovokasi berita bohong dan ujaran kebencian. Bahkan kasus hoaks Ratna Sarumpaet, juga sempat membuat para elit politik saling tuduh ini itu.Â
Semua itu terjadi karena  begitu mudahnya kita percaya terhadap informasi yang menyesatkan itu. Jika kita bisa mempunyai fondasi yang kuat, mempunyai literasi yang kuat serta tidak mudah percaya terhadap setiap informasi, mungkin penyebaran hoaks dan kebencian tidak semasif sekarang ini.
Di tahun politik ini, penyebaran berita bohong dan kebencian semakin menjadi. Hanya karena alasan suka atau tidak suka, antar teman bisa saling membenci. Hanya karena persoalan perbedaan pilihan politik, bisa saling tidak bertegur sapa.Â
Bahkan provokasi bernuansa SARA pun sempat beberapa kali muncul, demi menjatuhkan atau menaikkan elektabilitas pasangan calon yang bertarung dalam kontestasi politik. Sebuah pilihan yang semestinya tidak terjadi. Karena pilkada, pileg ataupun pilpres merupakan media untuk mendapatkan pemimpin yang jujur, amanah dan bertanggung jawab, bukan sebagai ajang untuk saling menebar kebencian dan kebohongan.
Menebar kebencian dan kebohongan, jelas bukan budaya masyarakat Indonesia. Ajaran agama apapun juga tidak ada anjuran untuk menebar kebohongan dan kebencian. Lalu jika ada pihak-pihak yang menggunakan nilai-nilai agama untuk menebar hoaks dan hate speech, tentu sangat memprihatinkan. Semestinya kita bisa saling berdampingan, yang terjadi justru saling bermusuhan. Semestinya kita bisa saling berkolaborasi, yang terjadi justru saling menguasai.
Indonesia tidak akan bisa berkembang seperti sekarang ini, jika tidak ada sinergi antar sesama masyarakatnya. Persatuan dan kesatuan telah bisa melepaskan Indonesia dari penjajahan bertahun-tahun. Persatuan juga telah membawa keharmonisan dalam toleransi antar umat beragama. Jika hal ini bisa kita lakukan bertahun-tahun, kenapa di era milenial ini kita harus saling menebar kebencian dan kebohongan?
Sudah banyak generasi yang menjadi korban provokasi hoaks dan kebencian. Bahkan tidak sedikit yang sudah masuk dalam kubangan radikalisme dan terorisme, karena terus memelihara kebencian dalam diri.Â
Untuk itulah, harus kita sudahi era memelihara dan menebar kebencian serta kebohongan. Mari memelihara semangat persatuan, kesatuan dan perdamaian dalam diri kita, lalu sebarkanlah ke seluruh penjuru dunia, agar bumi ini terbebas dari bibit kebencian dan kebohongan.