Indonesia merupakan negara yang penuh dengan keberagaman. Mulai dari suku, budaya, adat istiadat, bahasa hingga kepercayaan yang dianut masyarakatnya, sangat beragam. Disisi lain, Indonesia juga merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.Â
Islam telah mampu masuk di dalam hati masyarakat Indonesia. Namun, Indonesia bukanlah negara Islam. Indonesia adalah negara yang beragama, yang memberikan kebebasan kepada penduduknya untuk memeluk agama berdasarkan keyakinannya masing-masing. Dan hal ini juga telah diatur dalam undang-undang dasar Indonesia.
Dalam perjalanannya Indonesia terus mengalami perkembangan. Sebagian masyarakat masih menjunjung tinggi adat dan budaya yang melekat. Namun tidak sedikit pula yang sudah melupakan. Perkembangan teknologi informasi telah membuat gaya hidup sebagian masyarakat berubah.
Kerukunan dan toleransi yang selama ini dipegang, mulai diganggu dengan yang namanya berita bohong dan ujaran kebencian. Akibatnya, tidak sedikit dari masyarakat yang menjadi provokator karena telah menjadi korban provokasi, dan tidak sedikit pula yang melakukan aksi persekusi, hanya karena persoalan yang belum tentu kebenarannya. Tahun politik justru membuat potensi 'gesekan' itu kian nyata.
Untuk bisa meminimalisir potensi konflik akibat provokasi SARA ataupun ujaran kebencian, mari kita melihat kembali keteladanan yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Rasulullah tidak pernah memarahi orang lain apalagi membenci dan mencaci.Â
Bahkan, terhadap orang yang membenci pun, Nabi tetap memberikan sikap yang santun. Pernah sebuah riwayat menyebutkan, seorang nenek sering meludahani Nabi ketika melewati rumahnya. Namun ketika suatu ketika melintas, si nenek tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji tersebut.Â
Ternyata si nenek sedang sakit. Rasulullah pun memutuskan mendatangi rumah si nenek dan mendoakan agar nenek cepat sembuh. Sejak itulah, nenek itu kemudian mengikuti segala teladan yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah melakukan hal yang sederhana itu? Jika melihat maraknya ujaran kebencian di media sosial, sepertinya masih banyak masyarakat yang belum bisa mengendalikan ego dan hawa nafsunya.
Menanggapi segala hal yang belum pasti saja, sebagian dari kita langsung menunjukkan amarahnya, langsung menunjukkan kebenciannya. Ironisnya, hal ini tidak hanya terjadi pada masyarakat biasa, pada elit politik dan tokoh masyarakat pun menunjukkan hal yang sama.Â
Lihat saja perilaku elit sekarang ini. Tidak ada kritik yang membangun. Yang ada justru kritik yang dilandasi kebencian. Padahal, jika melihat sejarah Indonesia, tidak ada budaya saling mencaci dan menebar kebencian di negeri ini.Â
Islam yang banyak dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia, juga tidak pernah mengajarkan kebencian. Lalu, kenapa diantara kita masih saling membenci?