Sejak itu, pertanyaan yang sama selalu kami dengar dari mulut mereka dan kami tak bisa menjawab selain menghibur mereka. " Satu hari nenek akan pulang, membawakan banyak buku-buku dongeng untuk kalian". hanya itu yang bisa ku katakan. Tahukah Ibunda, hari-hari bagi kami terasa begitu panjang, saat televisi dan koran mengabarkan tentang berita-berita yang muram dari sana, hati kami begitu tersayat, ketakutanpun begitu menjadi-jadi, kami khawatir Ibunda yang teramat kami kasihi diperlakukan tidak manusiawi oleh mereka yang menganggap para pekerja sebagai budak. Kadang kami hanya menyesali diri, mengapa tidak bisa memaksamu waktu itu untuk kembali ke rumah. Kini, kami berusaha tak menonton berita di televisi, tapi ternyata ini tak mampu mengobati kerinduan dan kekhawatiran kami padamu. kalau saja, waktu bisa diputar ke belakang, kami akan melakukan apapun untuk menghalangi kepergianmu.
Tiga bulan yang lalu, akhirnya kami bisa tahu kabarmu lewat sebuah surat, saat itu kami di sini seakan berjumpa denganmu, meski singkat surat yang mengabarkan Ibunda baik-baik saja di sana mampu sedikit mengobati kerinduan kami, tapi yang membuat kami malah bersedih adalah kalimat terakhir yang kau tulis. "Nak, meski ibu baik-baik saja di sini, tapi ibu sesungguhnya sangat ingin pulang, ternyata negara ini tidak terlalu bersahabat untuk ibu dan kawan-kawan, do'akan saja tidak akan terjadi apa-apa yang menimpa ibu". Tulismu
Setelah membaca surat itu, sungguh kami makin khawatir,lagi-lagi kami tak bisa berbuat apa-apa, hanya pasrah dan menunggu dengan cemas, hingga ibunda kembali kepangkuan kami. Kami hanya bisa berdo'a semoga Tuhan selalu melindungi dan memberikan hidayah agar mereka selalu mengasihi seperti anak-anakmu di sini. Dan semoga kepergianmu yang sementara ini menjadi perjalanan terakhirmu meninggalkan kami.
Ibunda, lewat surat ini cucu-cucumu menitipkan pesan, mereka rindu diajarimu mengaji saat maghrib tiba, si bungsu bahkan sangat rindu di nina bobokan dan diceritakan dongeng " Sang Kancil".
" Ayah, nenek rindu kami kan" Ujar mereka kompak
" Pasti Nak, nenek sangat merindukan kalian" Jawabku
" Tapi, kenapa lama sekali pulangnya" Tanya mereka
Aku tak bisa menjawabnya Ibunda , hanyabisa menangis dalam hati dan berkata. "sesungguhnya ayahmupun sangat merindukan beliau Nak". Itu saja yang bisa kami kabarkan Ibunda. Meski hari terasa panjang, kami akan selalu sabar dan setia menunggu kepulanganmu. Semoga surat ini, bisa menjadi teman Ibunda dalam menghadapi kesendirian di negeri orang. Jaga kesehatan dan kuatkanlah hatimu, inilah takdir yang mesti kita jalani. Dari jauh do'a dan pengharapan selalu kami panjatkan tak henti untukmu.
Salam Hormat
Dari Kami yang selalu merindukanmu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H