Mohon tunggu...
Herdy M. Pranadinata
Herdy M. Pranadinata Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan Penulis

Hanya guru biasa,di pinggiran Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi

RIP

9 Oktober 2014   06:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:47 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Diajaknya bisu mengeja kata-kata
Tak ada suara hanya tatapan mata yang menghiba
Dipaksanya tuli mendengar kemegahan simfoni
Tak ada geming hanya air yang mengembun dikelopak mata

Dengan isyarat
Sekali lagi meminta percakapan
Bicaralah, dengarlah, tataplah
Karena seharusnya tak boleh ada kematian yang datang teramat cepat

Nyatanya memang tak ada lagi kehidupan dalam napasmu
Yang ada hanya ada pohon-pohon nisan yang kau tanam
Dalam pemakaman kebenaran yang beristirahat tenang

Saat masih merasa pantas untuk bicara dan mendengar
Satu hari pernah kau bisikan
Satu waktu kebenaran akan menjadi hantu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun