Mohon tunggu...
Herdoni Syafriansyah
Herdoni Syafriansyah Mohon Tunggu... Seniman - Tidak Penting.

Herdoni Syafriansyah. Aku adalah cinta, tak hidup tak mati. Tersinggah di tempat paling magis di muka bumi paling manis sejak 7 Oktober 1991 hingga dalam kesadaran sejati.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sebuah Catatan: Lagu Dagang Duta Seni, Budaya, Wisata, Putra-Putri Terbaik Muba

5 November 2018   21:13 Diperbarui: 5 November 2018   21:39 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

November 2018, untuk kesekian kalinya ajang pemilihan duta wisata, (seni) budaya, dan putra-putri terbaik Muba kembali digelar. Dari tahun ke tahun kegiatan ini sudah dilaksanakan. Dari tahun ke tahun sudah banyak Duta yang dihasilkan. Dari tahun ke tahun semua peserta selalu berkampanye apabila terpilih menjadi finalis hingga pemenang maka mereka akan mempromosikan kesenian, kebudayaan dan juga kepariwisataan Kabupaten Musi Banyuasin (Sungguh suatu niat yang mulia).

Dari tahun ke tahun kepala Dispopar, Sekda dan Bupati Muba selalu berkata di media agar para pemenang dapat melaksanakan tanggungjawab dan tugasnya untuk mempromosikan potensi seni, budaya, wisata daerah. Dari tahun ke tahun pula para penggiat seni dan budaya di Muba berharap hal yang sama. Sungguh suatu harapan yang indah.

Kita sungguh berharap setelah terpilih Para Duta dapat menjadi garda terdepan sebagai wakil pemuda-pemudi Muba dalam melestarikan dan memajukan seni, budaya, dan wisata daerah. Kita sungguh berharap setelah terpilih mereka dapat bekerja sebaiknya dalam mempromosikan potensi daerah seperti dengan cara menulis artikel di media cetak atau online perihal seni, budaya atau wisata Muba, atau turun lapangan bikin vlog / youtube menggali soal seni, budaya, wisata daerah, atau menulis buku / makalah sebagai kontribusi bagi daerah, atau menggelar diskusi / seminar kepemudaan dengan organisasi / komunitas selaku putra-putri terbaik daerah, atau lain-lainnya. Namun, tahun demi tahun berlalu dan hampir tidak pernah terdengar gerakan nyata Para Duta untuk memajukan seni, budaya dan wisata daerah sesuai dengan janjinya.

Penyematan gelar Putra-putri Terbaik dan Duta Seni, Budaya, Wisata Muba sepertinya adalah beban yang terlampau berat untuk dipikul hingga akhirnya hanya menjadi sekadar gelar yang mengecewakan. Putra-putri terbaik dan Duta Seni, Budaya, Wisata Muba yang kita harapkan dapat menjadi garda terdepan mengkampanyekan potensi daerah namun lagi-lagi harus mengecewakan. Tidak perlu jauh-jauh, kita bersama dapat melihat akun instagram Para Duta yang harusnya dapat menjadi sarana dalam mengkampanyekan potensi daerah namun anehnya akun media sosial sebagian besar Para Duta ini malah dikunci (privacy). Sampailah kita pada sebuah pemahaman bahwa rupanya tidak semua duta wisata budaya daerah bangga memamerkan keindahan seni, budaya dan potensi wisata mereka. Sebagian hanya bangga memamerkan kunjungan luar negeri atau ke luar kota yang mereka jejaki, sebagian lagi memenuhi akun media sosialnya (lnstagram, Twitter, Facebook, dan lainnya) dengan gaya hidup yang berkait erat dengan konsumerisme, kapitalisme dan bahkan dengan perilaku narsisme yang dikemas dalam ragam ekspresi foto selfie atau aktifitas hedonis: party to party.

Tidak ada yang salah dengan foto personal, karena itu hak personal selaku pemilik akun. Namun, tentu porsinya harus diseimbangkan dengan konten promosi wisata budaya dari daerah mereka berasal karena sudah menjadi tugas utama para duta memperkenalkan potensi seni, budaya dan pariwisata daerah.

Hal substansial dari tugas Para Duta adalah persoalan promosi Seni, Budaya dan Wisata daerah bukan urusan Tagana atau Kewirausahaan. Kalau belum ada budaya dan wisata yang dipromosikan, maka pertanyaannya Para Duta mewakili Budaya dan Wisata yang mana? Budaya daerah Muba ataukah budaya masyarakat Amerika? Dan apakah tidak boleh Para Duta mengurusi urusan Tagana dan Kewirausahaan? Tentu saja boleh, namun alangkah baiknya bila tupoksi utamanya yang dijalankan terlebih dahulu. Bila tupoksi Para Duta tidak dijalankan semestinya namun malah sibuk mengurusi hal-hal yang bukan merupakan esensi tugasnya maka akhirnya muncullah kesesatan-kesesatan peran dan fungsi Para Duta. Sehingga wajarlah urusan pengembangan Seni, Budaya dan Wisata Muba dari tahun ke tahun tidak mengalami kemajuan.

Akhirnya, besarnya anggaran yang dikeluarkan untuk melaksanakan kegiatan pemilihan Para Duta ini tidak sebanding dengan manfaat nyata yang diberikan bagi pembangungan kemajuan seni, budaya, dan wisata Muba. Sehingga wajarlah urusan pengembangan Seni, Budaya dan Wisata Muba dari tahun ke tahun tidak mengalami kemajuan.

Atau, apakah penyematan istilah duta seni, budaya, wisata dan putra-putri terbaik Muba hanya merupakan lagu dagang bagi pihak-pihak tertentu dalam mengeruk keuntungan pribadi sehingga kegiatan ini lebih mementingkan seremonial dan melupakan esensi sejati tujuan kegiatan? Sehingga wajarlah urusan pengembangan Seni, Budaya dan Wisata Muba dari tahun ke tahun tidak mengalami kemajuan.

Sungguh suatu ironi yang sangat disayangkan, dengan anggaran lebih dari 500 juta rupiah per tahun kegiatan ini bagai tertiup angin lalu, setelah malam grand final semua kembali sepi. Para pemenang bagai kompas kehilangan jarumnya dan janji untuk memajukan seni, budaya, wisata Muba lagi-lagi menguap di udara. Namun, kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Para Duta karena mereka hanya menjalankan program dan rata-rata masih belia sehingga kekurangan wawasan dan pengalaman.

Pemilihan Para Duta seharusnya merupakan ladang daerah dalam melahirkan generasi pilihan yang bisa diandalkan dalam membantu pembangungan Kabupaten Musi Banyuasin. Pemilihan Para Duta seharusnya bukan hanya sekadar menjadi objekan semata demi meraup keuntungan tanpa memikirkan ke depan Para Duta ini akan menjadi apa dan arah mereka akan kemana.

Apakah Dewan Juri Para Duta mau mempertaruhkan pertanggungjawaban mereka ke publik? MisaInya, setelah pengumuman, catatan penjurian disebarkan via online, lalu bulan depan diadakan debat publik. Kita ingin sekali ikut. Kalau bisa sekalian pertanggungjawaban juri tahun lalu. Biar seru!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun