Mohon tunggu...
Herdianti Indah Puspita
Herdianti Indah Puspita Mohon Tunggu... Konsultan - Be Intellectual Enlightenment

Pemerhati Tata Guna Lahan dan Perubahan Iklim

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar dari Budi Gunadi, Sistem Kepemimpinan yang Unik di Indonesia

7 September 2024   14:30 Diperbarui: 8 September 2024   10:49 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Masih teringat dalam benak kita, ketika wabah covid-19 melanda negara Indonesia. Kala itu Kementerian Kesehatan berada dalam komando Menteri Terawan. Terawan dikenal pernah menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto. Terawan merupakan lulusan S-1 di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Publik sempat dikagetkan ketika sosok Budi Gunadi tiba tiba muncul kepermukaan menjadi Menteri Kesehatan. Budi Gunadi dikenal sebagai sosok profesional korporasi Indonesia. 

Budi Gunadi meraih gelar sarjana di Bidang Fisika nuklir dari Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1988. Budi Gunadi diangkat Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Kesehatan per 23 Desember 2020.  Sungguh aneh tapi nyata, seorang fisikawan menduduki posisi sebagai panglima komando pada Kementerian Kesehatan, dan hingga tahun 2024, masih menjabat sebagai Menteri Kesehatan. 

Terlintas dalam benak sebagaian besar masyarakat bahkan praktisi pendidikan melihat fenomena demikian, sebetulnya link and match yang seperti apa? skill dan kompetensi yang seperti apa kedepan dalam menghubungkan dunia pendidikan dan dunia pekerjaan? Mengapa dengan mudah orang yang tidak memiliki background pendidikan yang relevan menduduki posisi posisi strategis dalam suatu institusi? 

Pendekatan transdisipliner kini kian populer. A transdisciplinary approach is an approach to harness collective knowledge and to analyze human capabilities in understanding the larger and complex system. Transdisiplineritas memerlukan kolaborasi antardisiplin ilmu untuk menciptakan kurikulum yang kohesif di mana siswa berkolaborasi untuk memecahkan berbagai masalah. 

Transdisiplineritas memerlukan inovasi, kerja sama, dan kesengajaan. Menyederhanakan bahasa untuk meraih dukungan politik merupakan salah satu hal yang penting. Sering kali suatu isu yang ingin diangkat kurang mendapat dukungan secara politis bukan lantaran karena idenya jelek, namun kerap kali menyederhanakan bahasa sehingga bisa dimengerti secara awam oleh banyak pihak kerap kali menjadi ganjalan dalam menjalankan suatu program dan kegiatan. 

Tentunya suatu ide gagasan berangkat dari fenomena yang terjadi di lapangan disertai bukti lalu diangkat didukung dengan suatu teori empiris dan dikomunikasinya dengan bahasa yang sederhana akan memudahkan gagasan dimengerti dan diyakini oleh khalayak umum. Tentu saja dalam hal ini kerja secara tim dengan berbagai transdisipliner diperlukan. 

Kemampuan negosiasi dan diplomasi akan menjadi faktor penentu ditengah banyaknya isu yang diangkat, maka skill ini juga tidak kalah penting tanpa harus menegasi isu yang lain. Bukan menjadi hal yang baru di Indonesia, kacamata egosektoral masih lah kental. Belum lagi postur APBN kerap kali lebih diutamakan untuk bidang bidang yang strategis dan bersifat pelayanan umum. Hal ini kerap kali mengundang terjadinya konflik kepentingan dan politik anggaran. 

Dalam hal ini terobosan terobosan baru lintas disipliner akan mampu menciptakan ruang ruang kolaborasi. Sebagai contoh di sektor Kehutanan, apabila fokus pembangunan kehutanan hanya dititik beratkan pada nilai ekonomi kayunya, maka terjadi penurunan nilai aset secara ekonomi dengan adanya diterapkannya moratorium hutan. 

One size fits for all adalah paradigma kepimpinan kuno. Sebagai contoh ditengah isu transisi energi. Kemampuan berkolaborasi dengan banyak pihak untuk menemukan sumber sumber inovasi yang baru dibutuhkan dalam memecahkan isu ketergantungan energi fosil ke energi terbaharukan. Untuk mengembangkan energi terbaharukan yang bersumber dari biomassa, maka skill berjejaring bersama sektor kehutanan dan perkebunan akan sangat relevan dalam menjawab tantangan kedepan. 

Maka tidak heran kini seperti layaknya Kementerian Kesehatan dikomando oleh seorang Budi Gunadi yang notabene bukan seorang yang ahli dalam hal kesehatan. Pola kepemimpinan yang unik ini mungkin bisa direplikasi pada bidang bidang yang lain dalam menjawab tantangan bersama. Guna menjawab tantangan pembangunan saat kedepan, pola leadership memerlukan pengetahuan yang bukan hanya yang bersifat formal dan teknokratis, tetapi juga yang mengakar pada lokalitas dan praktek komunitas. 

Dalam kasus covid-19, wabah kesehatan ini menjalar dan memiliki multiplier efek pada bidang bidang yang lain. Sektor ekonomi Indonesiapun sempat lumpuh akibat wabah covid-19. Tidak dipungkiri, kecepatan recovery pasca covid saat ini menjadi sebuah prestasi bagi Budi Gunadi Sadikin. Melihat fenomena ini, tentunya menjadi fenomena yang cukup unik dikalangan akademisi dan praktisi pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun