Menjalani cobaan hidup di ibu kota memang sulit, dari mulai tagihan untuk bertahan hidup, keinginan mencapai mimpi, hingga tuntutan kelas sosial. Berkerja, berkerja, dan berkerja seakan menjadi jalan untuk meraih semua ingin dan angan.
Seperti Laze, rapper dari Jakarta yang berkisah dalam salah satu lagunya, "24/7". Laze bercerita mengenai hectic-nya perjuangan para pekerja di ibu kota yang tidak ada hentinya setiap saat, bahkan 24 jam setiap hari dalam seminggu.
Penggunaan Bahasa Indonesia secara penuh pada lirik menjadi nilai tambah dalam menyampaikan kegelisahan seorang Laze dalam melihat realitas ibu kota. Belum lagi dengan kemahirannya dalam memilah kata yang ringan dan mudah dipahami menjadi sebuah rima yang sangat powerfull.
Ditambah lagi dengan beat minimalis yang cukup cathcy dalam "24/7", Havie 'Laze' Perkasya berhasil menyuarakan kegelisahan para hustler ibu kota dalam menjalani kehidupannya.

"Tidak butuh rehat tidak butuh nasehat, tidak butuh masukan ku hanya butuh pemasukan," ucap Laze dengan intonasi yang menekan dan meyakinkan..
Puncaknya Laze menyentil realita mengenai tekanan akan kelas sosial dimana pencapaian serba mewah menjadi bukti keberhasilan, dan dalam mencapainya jalan apapun dihalalkan pada verse 2. Dengan pengucapan yang cepat dan powerfull, bait dibawah ini seakan menjadi puncak argumen Laze.
"Hei kawan ruang kota serupa hutan
diantara semua hewan kau mau jadi ber-uang
tak apa kerja berkuman asal uang kamu suci
lalu jadi hanoman jadi kera putih (kerah putih)"