Mohon tunggu...
Herdi Hendrawan
Herdi Hendrawan Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Hidayah bisa datang melalui pintu rasa takut.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Merdeka: Siap Tidak Siap Harus Siap

8 Oktober 2023   12:30 Diperbarui: 9 Oktober 2023   22:37 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presentasi hasil diskusi/Dokpri

Tahun 2024 sepertinya akan menjadi tahun penentuan kebijakan kurikulum nasional berdasarkan evaluasi terhadap kurikulum pada masa pemulihan pembelajaran. Kurikulum Merdeka yang semula diberikan kepada satuan pendidikan sebagai opsi tambahan dalam rangka melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022-2024, sudah hampir bisa dipastikan menjadi wajib sebagai dasar pengelolaan pembelajaran.

Sebagai seorang guru, penulis tentu harus mempersiapkan diri menghadapi pemberlakuan wajib kurikulum merdeka tersebut. Disadari sepenuhnya bahwa guru merupakan pelaku kurikulum di lapangan. Sebagai ujung tombak keberhasilan proses pembelajaran, guru benar-benar dituntut bekerja secara profesional, aktif penuh kreatif, serta inovatif. Hal ini terbangun dari kesungguhan para guru melakukan optimalisasi kompetensi untuk bisa beradaptasi dengan kurikulum terbaru. Siapkah? Siap tidak siap harus siap.

Sejak penulis mulai berkecimpung di dunia pendidikan (Tahun 1990), kurikulum pembelajaran sudah lumayan banyak mengalami perubahan dan pergantian. Kurikulum yang pertama penulis kenal adalah kurikulum pendidikan tahun 1984, dimana siswa lebih difokuskan pada bidang studi dan keahliannya. Siswa diposisikan sebagai sentral dalam proses pembelajaran. Berangkat dari situ kemudian muncul metode yang dikenal dengan sebutan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Setelah Kurikulum 1984 dikembangkan Kurikulum 1994 dan 1999 sebagai kurikulum untuk melengkapi Kurikulum 1984. 

Dalam implementasinya, Kurikulum 1994 dan 1999 mengalami banyak kritikan karena dianggap terlalu membebani siswa dengan mata pelajaran yang relatif banyak. Pada tahun 2004 kembali terjadi pembaharuan kurikulum, dimana Kurikulum 2004 lebih mengarah pada kompetensi minat dari peserta didik dan evaluasi dalam keberhasilan proses belajar. 

Pada tahun 2006 dibentuklah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Tentu saja perubahan ini pun bertujuan untuk menyempurnakan kurikulum sebelumnya. Beberapa tahun kemudian (2013), kurikulum kembali mengalami perubahan menjadi Kurikulum 2013 yang terkenal dengan sebutan Kurtilas. Pada Kurtilas terjadi beberapa perampingan disertai pengembangan dari beberapa mata pelajaran.

Belum genap Sepuluh tahun Kurtilas mewarnai dunia pendidikan kita, tahun 2022 Mendikbud Ristek RI Nadiem Makarim menginisiasi lahirnya Kurikulum Merdeka Belajar. Kurikulum ini pun merupakan perbaikan dari kurikulum 2013. Tujuan dari kurikulum ini adalah mengoptimalkan tersebarluasnya pendidikan di Indonesia dengan pembelajaran intrakulikuler yang beragam (Dikdasmen, 2022). Implementasi Kurikulum Merdeka menekankan pada pembelajaran yang nyaman, mandiri, aktif, memiliki karakter, bermakna, merdeka dan lain-lain. Guru memiliki kebebasan dalam menentukan perangkat ajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan minat belajar peserta didik.

Kebebasan yang dimiliki guru dalam menentukan perangkat ajar pastinya bukan bebas yang sebebas-bebasnya. Butuh pendalaman dan testimoni dari peserta didik terkait kebutuhan dan minat mereka. Sungguh sebuah pekerjaan yang tidak sederhana yang harus dilakukan seorang guru dalam mempersiapkan perangkat ajar. Penulispun berpikir, bagaimana membuat formula yang tepat dalam pengejawantahan kurikulum baru ini agar bisa tepat sasaran. Ini menjadi PR tersendiri yang harus penulis selesaikan hingga menjelang pemberlakuan secara penuh kurikulum merdeka di satuan pendidikan kami. Sebuah bahan ajar yang kreatif dan inovatif agar proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan efektif. 

Untuk membuat bahan ajar yang kreatif dan inovatif membutuhkan waktu dan upaya ekstra, meski demikian akan dapat memberikan manfaat dalam peningkatan pengalaman belajar peserta didik. Sudah saatnya kita mencoba pendekatan baru dan eksperimen dengan ide-ide yang berbeda untuk menciptakan bahan ajar yang unik dan menarik.  Wallahu'alam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun