Guru kencing berdiri murid kencing berlari. Sebuah pribahasa yang gamblang dan tajam untuk menjadi perhatian para guru. Pada saat guru berbuat tidak terpuji maka murid akan berbuat lebih tidak terpuji lagi. Oleh karena itu, kalau jadi guru harus bisa menjadi figur yang pantas digugu dan ditiru oleh para anak didiknya. Sedikit saja menyesatkan maka yang akan tersesat bukan hanya muridnya tapi termasuk muridnya murid, bahkan hingga pada murid muridnya murid. Begitu hebatnya dampak yang ditimbulkan dari penyesatan pendidikan seorang guru.
Guru merupakan pilar penting dalam membentuk karakter dan akhlak anak didik yang bukan hanya menyampaikan pengetahuan, tetapi juga teladan yang kuat dalam kehidupan siswa. Akhlak guru berperan sebagai cerminan bagi anak didik yang tidak hanya untuk saat ini tapi hingga kelak pada saat sang guru sudah tidak bersamanya lagi.
Pada saat guru mendapati anak didiknya melanggar peraturan, berperilaku mengesalkan, bikin mood mengajar hilang. Jangan terburu-buru menyalahkannya, tapi segeralah introspeksi diri barangkali penyebabnya ada pada diri guru itu sendiri. Beberapa hal yang perlu diingat terkait bagaimana akhlak guru amat berperan sebagai cerminan bagi para anak didiknya, seperti menunjukan integritas dalam tindakan dan perkataan, konsisten dalam menerapkan nilai-nilai moral dan etika dalam keseharian, membangun hubungan yang positif dengan siswa, memberikan pujian dan dukungan dalam pengembangan aspek moral siswa, bertindak sebagai konselor dan mentor yang membantu mengatasi konflik yang terjadi pada siswa, serta berkolaborasi dengan orang tua dan masyarakat guna memperkuat pendidikan akhlak siswa.
Berangkat dari hal tersebut, guru dipaksa untuk memiliki ruh yang baik melebihi dirinya sendiri. Kenapa ruh guru harus lebih baik dari guru itu sendiri? Karena ruh guru itu akan abadi diingat oleh para anak didiknya. Kita bisa saksikan banyak contoh, dimana para guru yang sudah wafat namun namanya selalu diingat dan melekat kuat pada sanubari anak didiknya. Para kiyai yang kewafatannya selalu menjadi pengingat para keluarga dan santrinya sehingga merasa perlu untuk diperingati sekali dalam setahun (dikenal dengan istilah haul). Contoh-contoh tersebut bisa dijadikan sebagai tolok ukur betapa ruh positif yang melekat pada seorang seorang guru begitu berharga sehingga patut untuk dijaga dengan baik agar terus bisa menginspirasi.
Kemampuan guru untuk menginspirasi anak didik merupakan aset yang amat berharga dalam pendidikan. Guru yang mampu memberikan inspirasi dapat membantu siswa mengembangkan motivasi, kreativitas, dan minat dalam pembelajaran. Bahkan lebih dari itu, guru yang inspiratif sekaligus berperan membentuk individu yang lebih beretika serta memiliki integritas. Membangun ruh positif bagi seorang guru adalah sebuah keniscayaan, ruh itu kelak akan terus memotivasi, membimbing, dan menginspirasi anak didik sepanjang perjalanan hidup mereka.
Wallahu'alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H