Mohon tunggu...
Herdi Hendrawan
Herdi Hendrawan Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Hidayah bisa datang melalui pintu rasa takut.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perundungan antar Pelajar: Dampak, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

28 September 2023   22:12 Diperbarui: 28 September 2023   22:16 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perundungan, yang juga dikenal sebagai bullying dalam bahasa Inggris, adalah tindakan agresif, merendahkan, atau menyakiti secara fisik, verbal, atau emosional yang dilakukan secara berulang-ulang dan sengaja oleh satu individu atau kelompok individu terhadap individu lain yang merasa tidak berdaya dalam situasi tersebut. Perundungan biasanya terjadi dalam berbagai konteks, termasuk di sekolah, tempat kerja, atau bahkan online (cyberbullying).

Perundungan merupakan masalah serius yang dapat merusak kesejahteraan individu yang menjadi korban. Oleh karena itu, penting untuk mengatasi perundungan dengan serius, khususnya yang terjadi di sekolah, dan mengambil tindakan untuk mencegahnya serta memberikan dukungan kepada korban perundungan. Banyak negara dan lembaga telah mengembangkan kebijakan dan program untuk mengurangi perundungan dan meningkatkan kesadaran tentang dampak negatifnya.

Perundungan antar pelajar, yang juga dikenal sebagai bullying, adalah salah satu isu yang seringkali menghantui dunia pendidikan. Fenomena ini tidak hanya merugikan individu yang menjadi korban, tetapi juga merusak lingkungan sekolah yang seharusnya aman dan kondusif.

Perundungan antar pelajar dapat memiliki dampak yang serius pada korban, pelaku, dan lingkungan sekolah secara keseluruhan. Dampak ini dapat bersifat fisik, emosional, psikologis, dan sosial. Berikut adalah beberapa dampak umum dari sekian banyak dampak dari perundungan antar pelajar:

Dampak pada Korban perundungan antara lain:

  • Korban perundungan sering mengalami stres, kecemasan, dan depresi. Mereka mungkin merasa terisolasi dan tidak aman.
  • Perundungan dapat berkontribusi pada masalah kesehatan mental seperti gangguan stres pasca-trauma, gangguan kecemasan, dan depresi.
  • Beberapa korban mengalami masalah kesehatan fisik, termasuk gangguan tidur, sakit kepala, gangguan pencernaan, dan gejala-gejala fisik lainnya sebagai akibat dari stres yang berkepanjangan.
  • Korban perundungan sering kesulitan berkonsentrasi dan belajar karena stres dan gangguan emosional yang mereka alami. Ini dapat mengakibatkan penurunan prestasi akademik.
  • Perundungan dapat membuat korban merasa terisolasi dan kesulitan membangun hubungan sosial yang sehat.
  • Beberapa korban perundungan mengalami dampak jangka panjang terhadap kesehatan mental mereka, bahkan setelah perundungan berakhir.

Dampak pada Pelaku Perundungan diantanranya:

  • Pelaku perundungan dapat menghadapi konsekuensi hukum atau disiplin sekolah jika terbukti melakukan perundungan.
  • Meskipun mungkin tidak sejelas dampak pada korban, pelaku perundungan juga bisa mengalami dampak psikologis seperti rasa bersalah, kecemasan, atau depresi.
  • Pelaku perundungan cenderung mengembangkan sikap yang negatif terhadap orang lain dan memperkuat perilaku negatif mereka.

Beberapa dampak pada lingkungan sekolah:

  • Perundungan menciptakan lingkungan sekolah yang tidak aman dan dapat mengganggu proses belajar-mengajar.
  • Kehadiran perundungan dapat mengganggu proses pembelajaran, sehingga mempengaruhi pencapaian akademik siswa secara keseluruhan.
  • Sekolah yang dikenal memiliki masalah perundungan dapat mengalami penurunan citra di mata masyarakat.
  • Perundungan yang tidak diatasi dengan serius dapat menguatkan budaya perundungan di sekolah tersebut.

Perundungan antar pelajar dapat memiliki berbagai penyebab yang kompleks, dan seringkali, perundungan disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor. Berikut adalah beberapa penyebab umum perundungan antar pelajar:

  • Salah satu penyebab utama perundungan adalah keinginan untuk mendominasi atau mengontrol orang lain. Pelaku perundungan seringkali merasa lebih kuat atau berkuasa daripada korban mereka dan menggunakan intimidasi untuk menjaga kendali.
  • Pelaku perundungan mungkin memilih korban berdasarkan perbedaan tertentu seperti penampilan fisik, orientasi seksual, ras, agama, atau kelemahan yang dirasakan. Mereka memilih target yang dianggap lebih rentan.
  • Lingkungan sekolah atau sosial yang mendukung perundungan atau tidak memiliki peraturan yang jelas dan penegakan hukum yang konsisten dapat mendorong terjadinya perundungan.
  • Kadang-kadang, pelaku perundungan telah menjadi saksi atau korban perundungan sebelumnya, dan mereka mungkin meniru perilaku negatif yang pernah mereka alami.
  • Kurangnya pendidikan dan kesadaran tentang dampak perundungan dapat memungkinkan perilaku ini berlanjut tanpa intervensi yang memadai.
  • Isu-isu ketidaksetaraan sosial seperti ketidaksetaraan gender atau diskriminasi dapat memicu perundungan.
  • Pola pengasuhan yang otoriter, kurang perhatian, atau kurang memberikan pedoman kepada anak-anak dapat berkontribusi pada perilaku perundungan.
  • Kadang-kadang, pelaku perundungan dapat mengalami stres atau masalah pribadi yang mendorong mereka untuk menyalurkan frustasi mereka dengan merendahkan orang lain.
  • Pengaruh media dan teknologi modern, terutama dalam bentuk cyberbullying, dapat menjadi penyebab perundungan.
  • Kurangnya pendidikan emosional di sekolah dapat membuat pelajar kesulitan mengelola emosi mereka dan berkomunikasi secara sehat dengan orang lain.
  • Grup teman sebaya dapat mempengaruhi individu untuk melakukan tindakan perundungan demi mencapai penerimaan atau untuk menjaga posisi di dalam kelompok.

Mengatasi perundungan memerlukan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

  • Pendidikan yang menyeluruh tentang perundungan harus disampaikankan kepada siswa, guru, dan orangtua untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang masalah ini.
  • Sekolah harus memiliki kebijakan anti-perundungan yang jelas dan mengambil tindakan tegas terhadap pelaku. Hukuman yang sesuai dan konsisten harus diterapkan.
  • Korban perundungan perlu mendapatkan dukungan psikologis dan konseling untuk membantu mereka mengatasi dampak emosional dan mental akibat perundungan.
  • Beberapa kasus perundungan dapat diatasi dengan pendekatan restoratif yang melibatkan pelaku untuk memahami dampak dari perilaku mereka. Dengan tujuan untuk menciptakan pemahaman yang lebih baik, mempromosikan tanggung jawab, dan memulihkan hubungan yang rusak dengan cara yang lebih terapeutik dan rekonsiliasi daripada pendekatan yang bersifat pemidana.
  • Orangtua harus terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam mendukung anak-anak mereka dan mendeteksi tanda-tanda perundungan sebagai tindakan antisipasi.
  • Sekolah dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial, empati, dan pemecahan masalah untuk mencegah terjadinya perundungan.

Perundungan antar pelajar adalah masalah serius yang memerlukan perhatian bersama dari semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan. Dengan upaya bersama, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman, nyaman dan kondusif bagi semua pelajar sehingga tujuan dari proses pendidikan dapat dicapai sebagaimana mestinya. Untuk mengatasi perundungan secara efektif, perlu dilakukan pendekatan yang holistik yang mencakup pendidikan, kesadaran, pengawasan, serta intervensi dan dukungan kepada pelajar yang terlibat dalam perundungan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun