Mohon tunggu...
Herdi Hendrawan
Herdi Hendrawan Mohon Tunggu... GM Elhady Group International -

Dimana langit dipijak disana langit dijunjung.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Tersanjung dan Tersandung

6 April 2011   15:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:04 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13021021431688658129

Guru adalah salah satu komponen dalam sebuah masyarakat kecil yang disebut sekolah. Berdasarkan hasil sejumlah penelitian pendidikan, guru diyakini sebagai salah satu faktor dominan yang menentukan tingkat keberhasilan anak didik dalam melakukan transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta internalisasi etika dan moral. Oleh sebab itu, rasanya tidak terlalu berlebihan apabila masyarakat yang mempunyai keperdulian terhadap pendidikan tidak melepaskan perhatiannya pada berbagai dimensi yang berkaitan dengan masalah guru.

Masalah-masalah tersebut yang sering mendapat sorotan diantaranya adalah kurang memadainya kualifikasi dan kompetensi guru, rendahnya tingkat kesejahteraan guru, kurangnya penghargaan terhadap profesi guru, serta rendahnya kinerja dan komitmen guru. Terlepas dari berbagai kelebihan serta kekurangannya, seyogyanya kita harus menyadari serta menerima kondisi guru saat ini apa adanya. Dan yang terpenting harus segera dipayakan penyiapan figur guru masa depan yang sesuai dengan tuntutan perubahan zaman.

Pada dasarnya, dalam jiwa guru sudah tertanam kesiapan untuk menyukseskan segala upaya perbaikan pendidikan, akan tetapi tentu saja perlu melakukan pendekatan yang lebih menekankan pada hal yang dapat menyentuh hak dan martabat guru. Dengan cara demikian, guru sebagai pelaku terdepan pendidikan akan merasa diikutsertakan bukan hanya sebagai objek pelengkap penderita tetapi lebih dari itu dilibatkan sebagai subjek.

Tidak bisa dipungkiri, selama ini guru telah berusaha untuk mewujudkan kinerjanya sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat. Namun, guru masih tetap dan terus dituntut tanpa keberpihakan untuk memperhatikan sisi lainnya sebagai manusia biasa. Kondisi seperti ini sudah barang tentu membuat guru tersandung. Sanjungan-sanjungan yang terlontar “sebagai pahlawan tanpa tanda jasa” misalnya, malah membuat guru terbelenggu bahkan terpasung.

Belum lagi beberapa persoalan eksternal menghadang, semisal krisis etika dan moral anak bangsa. Persoalan mental, moral dan karakter anak bangsa yang lemah akan berpengaruh pada hasil pendidikan. Pendidikan yang lemah akan menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang buruk. Moral yang buruk menyebabkan kita mudah terbujuk untuk melakukan pekerjaan yang buruk, pola berpikir tidak terbangun dengan baik sehingga acapkali mengedepankan emosi dan mudah terprovokasi.

Guru memang dituntut untuk memiliki mental, moral dan karakter yang baik, sehingga tanpa mata pelajaran khususpun, pendidikan moral, mental dan karakter itu sudah terintegrasikan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, memberikan teladan bagaimana berdisiplin, bertanggung jawab dan berdemokrasi. Hubungan guru dengan murid, tidak hanya terbatas pada hubungan profesional tetapi juga hubungan emosional. Tugas guru di kelas bukan hanya mengajar mata pelajaran tetapi juga mengajar bagaimana agar anak mau belajar.

Harus diakui, guru sering tidak konsisten dalam menjadi teladan, tidak lagi bisa digugu dan ditiru. Hal ini akan sangat melemahkan keberadaan guru itu sendiri. Saat dimana SDM guru lemah, maka kita tidak bisa berharap akan menghasilkan siswa yang ber SDM kuat.

Menyikapi sorotan masyarakat terhadap beragam persoalan yang berkaitan dengan guru. Sudah saatnya guru membuktikan diri dengan menjadi guru profesional yang tidak terlena dengan sanjungan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Mencoba keluar dari belenggu-belenggu sanjungan yang justru membuat terpasung dan tersandung. Memenuhi sejumlah persyaratan minimal sebagai guru profesional, antara lain, memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya dan selalu melakukan pengembangan diri secara berkesinambungan melalui berbagai media seperti buku, internet, seminar, pelatihan dan sebagainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun