Mohon tunggu...
Herdi Hendrawan
Herdi Hendrawan Mohon Tunggu... GM Elhady Group International -

Dimana langit dipijak disana langit dijunjung.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Repotnya Punya Murid Cerdas

6 Maret 2011   14:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:01 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Repotnya punya murid cerdas, pada saat proses belajar mengajar prilakunya terkadang sangat merepotkan. Baru saja kita menjabarkan satu permasalahan dia sudah nyerocos dengan lebih dari tiga pertanyaan yang terkadang isi pertanyaannya tidak mudah untuk kita jawab. Kita menjawab satu pertanyaan, dia sudah mendesak dengan pertanyaan lainnya. Merepotkan memang kalau kita menghadapinya tanpa dilandasi kesabaran dan kesiapan sebagai seorang pendidik. Tapi kalau kita sikapi dengan penuh perhatian dan sabar malah akan sangat mengasyikan, dimana kita bisa terpancing untuk menggali lebih banyak pengetahuan dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul secara spontan dan polos dari mulut kecil anak didik kita yang terkadang di luar dugaan. Proses belajar mengajar menjadi lebih hidup karena antara guru dengan murid dapat saling memberi dan menerima. Tapi kebanyakan murid cerdas seperti itu kurang mendapat perhatian dan terlayani secara maksimal di kelas karena guru seringkali membatasi materi pelajaran per topik pembahasan. Sehingga ketika muncul pertanyaan-pertanyaan yang melebar ke luar dari topik pembahasan tersebut guru kurang menanggapinya (bisa karena tidak sesuai dengan topik pembahasan bisa juga karena guru tidak siap untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut). Hal ini tentu saja akan membuat murid kurang bersemangat mengikuti pelajaran alias prustrasi. Tetapi kalau tetap ditanggapi dengan sabar serta penuh kesiapan hingga sejauh mana murid ingin tahu, murid merasa dihargai dan proses belajar mengajar akan berjalan sesuai harapan. Bagaimana dengan murid yang tidak cerdas? Merepotkankah dia? tentu saja merepotkan kalau kita tidak siap menerima kekurangannya serta tidak sabar dalam membimbing dia belajar. Bayangkan ketika kita menerangkan pelajaran sampai kering tenggorakan dia masih juga sulit untuk mengerti dan memahaminya. Bayangkan ketika ulangan harian teman-temannya mendapat nilai 9 dia cuma sanggup memperoleh nilai 5. Belum lagi kalau murid yang tidak cerdas itu nakalnya di atas rata-rata. Sebagai pendidik profesional hal tersebut tentu saja memicu kita untuk mencari solusi terbaik sesuai kondisi sehingga tujuan pembelajaran di kelas yang muridnya terdiri dari berbagai tingkat kecerdasan bisa dicapai sesuai target yang telah ditetapkan dalam RPP.

12994211731117316464
12994211731117316464
Memaksa guru untuk bisa mencetak murid dengan kepandaian yang tinggi adalah sesuatu yang sulit, karena tidak semua murid diberi anugerah kemampuan menyerap pelajaran dengan cepat. Tetapi barangkali untuk mendidik murid supaya memiliki motivasi, semangat belajar serta mengajarinya konsep dan kerangka pemecahan masalah melalui kata belajar, belajar dan belajar adalah lebih realistis. Mendidik semua murid yang memiliki latar belakang berbeda agar memiliki kemampuan tinggi di atas rata-rata adalah sesuatu yang hampir mustahil. Ada beberapa langkah yang bisa kita coba untuk diterapkan dalam berinteraksi dengan murid-murid kita baik di kelas maupun di luar kelas, diantaranya adalah :
  • Mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar di kelas, karena pada saat berada di dalam kelas murid lebih mudah dikonsentrasikan untuk belajar. Kegiatan di luar kelas sebagai pelengkap kegiatan di dalam kelas saja. Ketika di luar kelas murid cenderung terpecah konsentrasinya pada selain pelajaran sehingga agak sulit mengarahkan mereka pada fokus yang sudah ditetapkan semula.
  • Pancing potensi murid, tidak sedikit murid yang memiliki potensi luar biasa jadi biasa-biasa saja karena apa yang sebenarnya mereka miliki tidak tergali dengan baik. Potensi yang seharusnya tumbuh dan berkembang menjadi terpendam karena kurangnya perhatian. Sebagai pendidik, guru dituntut untuk tahu bagaimana cara memancing potensi yang ada pada diri anak didiknya.
  • Ibarat konduktor dalam sebuah orkestra, guru memegang penuh kendali dari alat musik yang dimainkan. Tetapi tidak sampai terlibat langsung memegang alat musik.
  • Ketika di dalam kelas, guru hendaknya mengedepankan interaksi antar sebaya dan menciptakan kondisi agar setiap murid berani mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Misalnya, ketika diskusi di dalam kelas guru sebagai fasilitator tidak langsung menjawab manakala muncul pertanyaan.
  • Menumbuhkan pemahaman pada diri anak didik, bahwa apa yang sudah, sedang dan akan dipelajarinya selama di sekolah adalah untuk kepentingannya, mengajar bagaimana caranya agar anak didik kita termotivasi untuk mau belajar.
  • Hubungan profesional antara guru dan murid di sekolah dijalin dengan membangun hubungan emosional di luar sekolah sehingga terbangun komunikasi yang baik di sekolah maupun di luar sekolah.
  • Tidak sekali-kali mempermalukan anak didik kita di kelas maupun di luar kelas, karena hal ini akan sangat menjatuhkan harga dirinya sehingga dampak psikologinya sangat buruk.

Memiliki anak didik yang cerdas atau tidak cerdas, bagi seorang pendidik adalah berkah, sejauh kita bisa menerima mereka dengan penuh kesabaran dan rasa ikhlas, menyiapkan segala hal secara maksimal berkaitan dengan materi pembelajaran yang akan kita sampaikan. Teguh menjaga amanah yang dipercayakan masyarakat untuk memberikan pelayanan pendidikan yang optimal agar anak didik menjadi generasi yang berdaya guna dan berhasil guna dalam ridlo Allah SWT. Wallahu'alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun