Mohon tunggu...
Hera Veronica Suherman
Hera Veronica Suherman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengamen Jalanan

Suka Musik Cadas | Suka Kopi seduh renceng | Suka pakai Sandal Jepit | Suka warna Hitam

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Menakar Pengeluaran Middle Class agar Tak Terjebak Lifestyle Berujung Kebangkrutan Financial

3 Maret 2024   06:42 Diperbarui: 3 Maret 2024   19:11 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lain perkaranya dengan ekonomi menengah jika mengikuti gaya hidup, alhasil bukannya peningkatan ekonomi yang didapat serta bertambahnya aset, malah lambat laun meniadakan aset berharga. Ambruknya pondasi ekonomi keluarga, karena dipicu lifestyle. Aset tergadai bahkan terjual. Sungguh ironis.

Sebab untuk merintis atau membangun suatu usaha hingga ternama itu tidaklah mudah, tak jarang berdarah-darah. Butuh kerja keras, perjuangan panjang, pengorbanan terkait materi ataupun waktu demi mencapai sejahtera.

Ada kalanya waktu yang sempit dan teramat sedikit untuk keluarga, karena terlampau fokus dan konsisten, meramu formula agar sedianya memajukan usaha, sampai berkembang pesat dan lamat-lamat menunjukan progress.

Bukan mustahil kebangkrutan dapat saja terjadi dan jurang-jurang kebangkrutan tepat berada di depan mata, lantaran kian susutnya materi. Berbeda halnya dengan mereka yang dapat mengelola usahnya dengan bijak dalam pengeluaran, dan terus inject modal demi perluasan usaha serta menambahan unit-unit usaha.

Namun adakala juga tak dapat dipungkiri, nasib kelas menengah itu mengalami pukulan telak dalam bisnisnya. Tersandung hambatan pun kendala terlebih mengalami pasang surut perekonomian, di tengah iklim usaha yang tak menentu dan dalam ketidakpastian terkait pangsa pasar yang didapati terkadang sukar diprediksi.

Terkadang nasib kelas menengah pun, membutuhkan bantuan terkait dana segar, diberikan akses kemudahan guna peminjaman modal usaha pada perbankan. Sebab merekalah orang-orang yang berdikari. Mengupayakan segala sesuatunya sendiri.

Tak jarang mereka mengalami jatuh bangun di tengah pendirian usaha, bahkan ada yang sampai terjerembab ke dalam titik nadir kebangkrutan lantaran persaingan usaha yang tak sehat misalnya. Sudah selayaknya mereka pun mendapat bantuan, agar dapat kembali memulai bisnis.

Yang sejatinya dapat berdaya serta sanggup mensejahterakan segenap anggota keluarga, kembali hidup layak bukan sekedar berkecukupan namun juga berkelebihan memakmurkan keluarga. Dapat membuka lapangan kerja, memberdayakan para pengangguran sehingga memiliki penghasilan.

Hera Veronica Suherman
Jakarta, 03/03/2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun