Mohon tunggu...
Hera Veronica Suherman
Hera Veronica Suherman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengamen Jalanan

Suka Musik Cadas | Suka Kopi seduh renceng | Suka pakai Sandal Jepit | Suka warna Hitam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ibu adalah Cermin Bening

22 Desember 2023   07:21 Diperbarui: 22 Desember 2023   10:45 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu Adalah Cermin Bening

Aku mengilustrasikan sosok seorang Ibu, tak sekedar perempuan dengan segala bentuk Kelembutannya. Namun Ibu juga merupakan sosok perempuan Perkasa, yang tak kenal lelah bekerja keras menghidupi keluarga. Di tengah pasang surut gelombang kehidupan.

Banting tulang perah keringat demi membesarkan anak-anaknya terlebih ketika Ayah telah pergi mendahului. Di mana keadaan memposisikan Ibu guna berperan ganda, menjadi sosok seorang Ibu yang hadir dengan sikap welas asih sekaligus figur seorang Ayah yang tangguh.

Yang berupaya memenuhi dan mencukupi segala kebutuhan ditengah himpitan Ekonomi, di tengah terjal jurang-jurang keadaan seakan membatasi. Di sela kesulitan yang melilit dan serasa kenyataan teramat pahit.

Terlebih menyangkut perihal pendidikan, Ibu berupaya memberikan pendidikan yang layak, kendati kehidupan keseharian jauh dari kata layak.
Sebab bagi Ibu tak ada yang dapat Ibu berikan dan wariskan kepada anak-anaknya.

Selain Ilmu yang bermanfaat yang kelak tak akan habis dan terkikis, tak ada harta benda terlebih kemewahan. Yang tak mengundang sengketa, pertikaian, perseteruan antar saudara sepertalian darah.

Hanya hidup di tengah-tengah alam kesederhanaan, di sela kerukunan keluarga yang senantiasa berupaya guna saling membina dan saling menjaga. Di mana keterbatasan merekatkan serta mempertebal rasa kasih sayang antara satu dengan lainnya.

Ibu tak pernah meletakan beban berat di pundakku, terlebih meletakan tongkat estafet atas keinginannya yang tak terpenuhi dan tak kuasa direalisasi. Lantas menyeruku berlari secepatnya layaknya seorang atlet pada perlintasan hingga mencapai garis finish.

Ibu hanya berujar bahwasannya aku adalah Individu yang bebas merdeka, bukan budak belian ataupun tawanan hasratnya. Ibu tak akan memenjarakanku dengan jeruji-jeruji harapnya. Dan membiarkanku mendekam di dalamnya layaknya seorang tawanan atau pun pesakitan.

Ibu adalah cermin tempat aku berkaca pada cermin bening, di antara keruhnya serta kusamnya cermin fana. Sebening air di dalam telaga. Memantul keindahan paras serta sehelai jiwa.

Selamat hari Ibu untuk perempuan-perempuan lembut dan tangguh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun