Mohon tunggu...
Hera Veronica Suherman
Hera Veronica Suherman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengamen Jalanan

Suka Musik Cadas | Suka Kopi seduh renceng | Suka pakai Sandal Jepit | Suka warna Hitam

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Depresi Akut Berujung pada Maut

12 Desember 2023   07:19 Diperbarui: 12 Desember 2023   08:00 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Depresi Akut Berujung Pada Maut

Dewasa ini kasus bunuh diri di kalangan usia muda seolah menjadi trend perubahan, dan kasus tersebut kerap kali mengalami peningkatan yang signifikan menurut data kementrian kesehatan (Kemenkes).

Tampaknya generasi muda lebih rentan mengalami gangguan mental, yang mudah merasa gamang serta gampangnya guna memutuskan mengakhiri hidup. Terkait permasalahan yang dihadapinya.

Setiap individu memiliki kualitas Mentalitas yang berbeda-beda, yang terkadang dipengaruhi oleh faktor Genetika dapat terlihat setelah seseorang mengalami kondisi yang membuatnya tak nyaman.

Merasakan sejumlah tekanan-tekanan dalam hidup dan kehidupan, rongrongan realitas amat berat faktor internal maupun eksternal. Lingkungan sekitar mencuatkan Tingkat Stress yang terlampau tinggi.

Perasaan-perasaan sentimentil yang seakan mengaduk sisi emosional jiwa, sehingga menjadi kesedihan yang dominan, melumpuhkan nalar. Yang boleh jadi unsur tersebut diipicu dan dilatari lantaran "Alexithyamia"

Alexithyamia merupakan suatu kondisi di mana individu menemukan kendala, di area kognitif sehingga menemukan suatu bentuk hambatan guna mengelola emosi. Sehingga tak dapat menyampaikan message secara verbal ataupun non-verbal.

Lantaran hal tersebut menarik diri dalam pergaulan, sebab merasakan diri tak lagi memiliki fungsi dan arti, kekecewaan yang membuat rasa kian tertekan. Kegelisahan jiwa yang tak kuasa diurai, dan kecemasan yang kerap kali meremas. Serta merasakan keterasingan.

Sepasang sorot mata lemah, memahat apatis seakan tak memancarkan gairah hidup, terjadi ketumpulan pada otak tak adanya rangsangan pada sensitifitas rasa. Merasa menjadi orang yang paling menderita di dunia.

Tekanan demi tekanan dalam hidup, rapuhnya mentalitas seseorang dan kondisi sosial yang kurang menyediakan ruang guna menempatkan empati antar sesama makhluk ciptaan Tuhan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang cenderung melakukan tindak bunuh diri ialah ditenggarai karakteristik individu, yang bersifat biologis, psikilogis dan situasional. Yang mana menjadi titik permulaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun