Pertambangan Berkontribusi Merusak Kelestarian Alam dan Ekosistem Karts
Di satu sisi dunia pertambangan merupakan sektor utama dan aspek yang paling penting, dalam unsur pemenuhan berkenaan dengan kebutuhan pembangunan.
Guna masyarakat umum ataupun untuk cakupan yang lebih luas yakni skala industri,  bagi para pelaku bisnis yang berkutat dan berkecimpung  demi kelangsungan tambang yang didirikan.
Salah satunya pertambangan batu gamping/batu kapur yang mana digunakan sebagai bahan baku utama industri, pengeras dan penstabil bangunan fisik, sebagai pondasi jalan raya. Yakni produk-produk pembangunan yang terkait dengan dunia konstruksi.
Di lain sisi keberadaannya turut berkontribusi merusak kelestarian lingkungan sekitar, berdampak serius bagi sumber mata air di ekosistem karts di wilayah setempat. Yang di mana karts sendiri merupakan tempat regulator air/penyimpan cadangan air.
Di mana masyarakat amat sangat bergantung terhadap sumber mata air alami yang terbentuk dan dihasilkan dari proses alamiah alam itu sendiri.
Berhektar-hektar luas tambang memapas bebukitan bebatuan dengan alat berat, lengan baja yang bergerak memutar layaknya ujung mata bor mencungkil, mengorek dan mengoyak hingga gunduk bebatuan hancur lebur.
Tak hanya dengan alat berat namun juga terkadang dengan melakukan pengemboman, yang tentu saja dapat merusak kontur/biologi tanah. Hingga menyebabkan tanah menjadi longsor.
Dan tentunya dapat membuat sejumlah kerusakan alam yang parah, dan berimbas melumpuhkan aktivitas di sektor-sektor pertanian, sebab regulator air menjadi kering tanpa adanya sumber pasokan air dari karts.
Notabene membuat ketahanan pangan menjadi sangat terancam, dan aktivitas penambangan tersebut memiliki dampak yang sangat buruk bagi tatanan kehidupan, yakni merusak konservasi fauna dan habitat tanaman.