Es Tung-tung yang Kehilangan Gaung
Namanya Es Tung-tung oleh sebab penjajanya, menjajakan es Tung-tung dengan cara memukul sebuah gong kecil yang tergantung di pangkal lengan gerobak. Dan berbunyi Tung-tung-tung.
Dahulu es Tung-tung digemari tak hanya anak-anak namun juga orang dewasa, es krim gerobakan murah meriah dengan aneka varian rasa. Ada Coklat, Vanila, Strowberry, Duren dan lain sebagainya.
Yang mana bisa memilih di cups atau di wadah gelas plastik serta diletakan di atas selembar roti tawar pun bisa kemudian disirami dengan saus Coklat.
Semakin membuat lidah bergoyang rasakan perpaduan kesegaran disertai kelembutan es krim dengan harga merakyat tersebut.
Namun kini es Tung-tung seperti kalah pamor, dengan es krim buatan pabrikan.Yang menjamur dan tersedia di mini market-mini market, dengan brand yang sudah ternama pula.
Dan beragam iklan-iklan di layar kaca, kian meredupkan bias rupa ea Tung-tung yang dijajakan dengan gaung. Sekali pun ada gaung namun lemah, seiring penjajanya sejauh kaki melangkah memeluk lelah.
Kendati demikian es Tung-tung masih bisa dapat dijumpai, penjajanya wari-wari dengan gerobak dorongnya. Serta es Tung-tung pun terkadang masih dicari guna dicarter sebagai pengisi stand-stand pesta pernikahan.
Es Tung-tung yang kehilangan gaung, namun sejatinya masih tetap ada dan diproduksi. Meski tak selaris dahulu lantaran kian menjamurnya es krim-es krim product luar.
Yang menancapkan kuku-kukunya dengan membuka gerai-gerai usaha waralaba ( franchise ) miliknya. Sehingga turut memukul telak usaha-usaha industri rumahan ( Home made ).
Jakarta, 28/9/2023
Salam Kompasiana
Hera Veronica Suherman