Mainan Tradisional Anak Mengalami Pergeseran
Mainan Tradisional Anak tempo dulu, kini tak hanya mengalami pergeseran. Seiring perkembangan dan kemajuan zaman. Di era Teknologi, Globalisasi serta Digitalisasi, namun juga seperti menghilang keberadaannya, ditelan perubahan waktu.
Dahulu anak-anak bermain dengan kawan sebaya, menggunakan mainan seadanya. Mengandalkan kekuatan imajinasi serta ditunjang kreativitas para orang tua di baliknya.Yang sedianya berupaya mengolah limbah bekas guna dijadikan mainan.
Dan dahulu pula anak-anak lebih banyak main bersama, kumpul bocah memainkan permainan apa saja. Dan celoteh riangnya pun turut menggema dibawa angin yang berhembus. Sontak suasana menjelma riuh.
Kesederhanaan tersebut seakan telah musnah ditelan sebuah peradaban, yang datang dari masa depan. Beragam pilihan mainan tak kurang dijajakan, dengan mengusung modernisasi. Sehingga anak dapat leluasa memilih.
Tentunya bukan perkara sulit bagi anak-anak yang berasal dari golongan berada atau mampu, tinggal menjentikan jari memilih sesuai yang diingini. Maka mainan pun dapat langsung berpindah tangan.
Dahulu isi kepala anak-anak belum terkontaminasi, mereka hidup dengan segala bentuk kesahajaannya dan dalam iklim yang hangat. Bermain dengan kawan sepermainan, tanpa ditunggangi beraneka ingin.
Yang mana dapat membuat orangtua merana serta pening kepala, lantaran segudang pinta. Akan mainan-mainan yang terpajang di etalase toko yang harganya melangit tinggi. Serta dituntut merogoh kocek amat dalam.
Lagi-lagi zaman telah berubah merunut masa lampau teramat indah, dunia anak-anak yang main petak umpet, main congklak, bola bekel, galasin, gangsing, kelereng, ketapel, lompat tali, main orangan kertas dan masih banyak lagi.
Kini anak-anak sibuk sendiri bermain dengan gawainya, terpekur dalam diam senyap. Mereka ada namun seolah tak ada hanya terdengar hela nafasnya saja. Dan kemana kawan-kawan mereka. Kawan mereka serupa dengannya antara ada dan tiada.
Jakarta, 26/9/2023
Hera Veronica Suherman