Janji-janji Politik Menggelitik
Terpampang Banner berukuran besar, di POM Bensin, di tembok rumah warga, di tepian jalan raya dan tentunya di tempat-tempat yang strategis. Yang diyakini atau dipercaya.
Dapat dengan mudah terlihat dan terbaca. Oleh para pejalan kaki yang lalulalang atau pun para pengendara, yang tengah lintasi bahu jalan.
Semua menawarkan sejuk semilir angin surgawi yang mana kesejukannya melebihi AC 2 pk, serta janji-janji manis yang lebih manis dari sekedar sekotak kue lapis yang dijajakan di pasar Kamis.
Atau dengan mengiming-ngimingi sekantung gula-gula layaknya bocah kecil yang kegirangan ditawari gulali.
Janji-janji politik tersebut serasa menggelitik, seperti bunyi Jangkrik tengah dikilik. Â Butiran-butiran janji berjatuhan persis seperti butiran kelereng.
Janji sekedar janji seperti menuliskannya di atas pasir landai, yang dengan mudahnya dihapus ombak tanpa menyisakan jejak. Lantas rakyat berteriak galak menagih janji yang tertunggak.
Usah menebar butiran gula-gula janji mencampur dengan essen pemanis buatan, dan kemudian membiarkan rakyat kembung mereguk janji-janji yang tak kunjung lanjung.
Maka biarkan hati nurani memilih, yang pabila diberi tampuk kuasa, mata hatinya tidak buta. Telinganya mendengar namun tidak tuli.
Dan ia senantiasa terjaga, tidak memilih tidur melepaskan persoalan yang  membelit Bangsa. Lagi-lagi yang dibutuhkan hanya bukti nyata bukan sekeranjang janji semata.
Sebab janji adalah hutang. Bukan membiarkannya terkatung-katung dalam jagad ketidakpastian. Ataukah sekedar janji yang terlontar dari lidah-lidah yang tak bertulang.
Rakyat sudah terlampau kenyang bukan lantaran makan nasi namun sudah kenyang dengan seperiuk janji yang sudah basi.
Ah janji-janji politik adalah alunan termerdu lebih merdu dari alunan gita cinta, membuai dan membius. Namun begitu terbangun hanya dapat tertegun.
Cukuplah sudah berjanji jika tak ada satu pun yang ditepati dan ingkar lagi. Telinga serasa sudah pengang dengan ribuan janji, janji yang kerap terlupakan selepas suara didapatkan.
Tanya nurani sudahkah penuhi janji, jangan hanya inginkan suara. Sebab suara hati tak dapat diperjual beli serta tak tergadai.
Jangan lupa Jabatan adalah Amanah
Jakarta, 18/9/2023
Salam Kompasiana
Hera Veronica Suherman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H