Tragedi di Malam yang Naas
Pukul 23:30 seperti biasa
kupacu kuda besi kesayangan
membelah ruas jalan
selepas seharian berjibaku
dengan keras hariku
menyeka penat di pori waktuku
rumah jadi destinasi akhirku
nikmati elusan tapak bayu
lembut sentuh wajah lelahku
di bawah pendar lampu kota
di bawah cantik
bias bintang-bintang
di bawah aura congkak ibu kota
di bawah pekat gincu malam
Gubrakkkk!!!
Black Jack limbung
lantas rebah dan
tubuhku terhempas
dari tunggangan
terlontar ke aspal
sepersekian detik
pandanganku gelap
dadaku amat sesak
sukar menghela nafas
jantungku serasa
di remas amat keras
Ini kali ke dua
aku terlempar dan terkapar
selepas diseruduk
kuda besi lainnya
tak ubahnya seperti
sembrani tengah mengamuk
sekujur tubuh rasa
nyeri bukan kepalang
riuh orang berkerumun
seperti lalat mengerubung
membawa tubuh
tengah payah menepi
agar tak tergilas roda-roda
menggelinding di muka beton
Seraya dalam hati aku berujar
terima kasih ya Robb
kepalaku tak sampai
terbentur ke aspal
lantaran ditahan lengan
seraya meringis
menahan sengat nyeri
selepas tangan kaki
binal mencium aspal
Dek...
besok-besok kau pacu
kuda besi janganlah begitu
berjalan zig-zag
dan ugal-ugalan
usah jadi raja jalanan
sebab ulah konyolmu
sekali waktu dapat
merenggut sehelai jiwa
jalan raya bukan
Sirkuit Mandalika
tempat tanding
beradu nyali berebut
pialang Jawara
* ) Black Jack : Nama Motor kesayangan aku
H 3 R 4
Jakarta, 22/07/2023
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI