Mimpi Apa Semalam
"Mimpi apa Bapak semalam" ujarnya lesu seraya menepuk jidatnya yang seakan pening, dan bumi yang dipijak pun seperti turut gonjang ganjing.
Mengingat seluruh aset akan dirampas, mata Bapak sontak mendadak pias. Cahaya kian redup seakan sepasang matanya enggan berpijar.
"Semua yang sudah Bapak bangun raib dalam sekejap, berharap sekedar mimpi buruk yang tak nyata", pungkas Bapak dengan suara bergetar.
Bapak nyaris tak percaya karier yang dibangunnya runtuh seketika, bak membangun istana pasir nan ringkih. Hancur dalam sekali kemplang sendok skup.
Bapak meringis menahan tangis, agar tak pecah hanya menambah deret kesedihan, yang kian mengguncang jiwa. Bagai gempa dahsyat dalam pikir dan jiwa.
Sudah jatuh tertimpa tangga, kaki terkilir pula, psikis Bapak terkena hantam bertubi-tubi. Suara-suara sumbang terus terngiang di telinga, buat Bapak pengang.
Ingin rasanya Bapak lari dan sembunyi di tengah belantara. Sehingga takada seorang pun yang sanggup mengendus dan membaui Jejak-jejak pendosa.
Namun nuraninya berujar tidak Bapak tak ingin menjadi layaknya Tentara yang kalah sebelum berperang. Nyatanya Bapak memang sudah kalah banyak.
Pertempuran di dunia fana di realita tak terbantah, Bapak telah kalah, putra mahkota menghadiahinya kejutan meremang bulu tengkuk.