Aku Hidup dari Menjilat Asin Keringat Ayah
Aku hidup dari menjilat
asin keringat ayah
tetesi dan baluri
legam kulitnya
hingga berkilat
Aku menghidu asam
dari aroma ketiknya
seperti halnya
wajah kenyataan
bermuka masam
Aku mengumpulkan
tapak-tapak lelah
yang terbaca di tanah
namun waktu menginjak
mengubur berselimut diam
Aku melihat remah daki
leluasa bergelayut
layaknya hidup ayah
yang tak dihinggpi dengki
atas garis nasib orang lain
Keras tempaan hidup
memerah peluh ayah
namun kedua tapak lengan
tak lepas dari tengadah
di atas selembar sajadah
Aku tak melihat sukar hidup
merampas senyum ayah
senyumnya malah kian melebar
selebar hati ayah yang acap kali
menerima lapang dada serta
Menasbihkan butiran syukur
H 3 R 4
Jakarta, 20/03/2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H