Ingatan Terperosok di Lubang Hitam
Semesta kelam
hempaskan panah-panah hujan
meresap lubang kecil pori Bumi
menyapu jalan berselimut debu
Pencakar langit
kuyup kebasahan hanya diam
bergeming terlebih menuding
perihal hujan yang enggan jeda
Seolah tak sudi
Mentari menghangati bentala
biarkan kota membeku dalam
dekap gigil serasa menggigit
Jalanan licin
ban-ban menggilas wajah aspal
memahat ulir terkadang ban slip
lantas terpelintir di ujung stir
Kota amat riuh
dingin memeluk usap tengkuk
lalu lalang kendara tiada putus
meski langit robohkan hujan deras
Payung-payung
terkembang menghalau jarum air
berlindung di bawahnya meski
tak ayal terpercik tampias basah
Dan aku berada
di antara kerumunan orang-orang
terjebak panah-panah air yang
setiap detik menghempas keras
Mencipta genangan
dan ingatanku terperosok di dalamnya
berenang-renang di kubangan hitam
dan tak tahu ke mana arah pulang
H 3 R 4
Jakarta, 22/02/2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H